“Baik, Mas! Sama-sama! Tolong istrinya lain kali, hati-hati, ya!” Rivaldi mengangguk melihat kepergian pria tadi, lalu menoleh ke arah Malika. “Kamu sungguh baik-baik saja? Apa yang kamu lakukan di luar sana?” tanya Rivaldi dengan nada agak marah. Tidak sangka Malika yang katanya ingin menunggu di bangku panjang, ternyata malah berada di luar sana. Malika yang agak linglung, segera mengangkat kantong plastik untuk ditunjukkan kepada Rivaldi. “Es krim....” Pria dingin itu menghela napas berat. Menatapnya dengan kening ditautkan kesal. “Kamu hampir ditabrak motor karena membeli es krim? Malika, ada apa denganmu? Kamu hampir ditabrak bus. Sekarang, hampir ditabrak oleh motor. Apa sebenarnya yang kamu pikirkan? Tidak bisakah kamu lebih tenang sedikit?” Malika yang masih syok dan tidak me

