Pria itu segera tersenyum lebar lalu mengangguk pelan. “Itu karena kamu adalah istriku, Malika. Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang dirimu. Seperti bagaimana masa kecilmu. Bagaimana kamu melalui hari-harimu tanpa kehadiran ayahmu, atau pun hal-hal yang membuatmu sedih dan merasa susah. Aku ingin membuatmu bahagia. Maka dari itu, bukankah aku harus tahu apa yang membuatmu sedih dan tidak suka?" Kekehan canggung dan gugup keluar dari bibir wanita cantik di dekatnya. “Kak RIvaldi ini pikirannya mulai ngawur lagi, deh. Kita tadi berbicara tentang Kinnan, sekarang kenapa malah membahas diriku? Kalau Kak Rivaldi penasaran bagaimana denganku, bagaimana kalau Kak Rivaldi sendiri mulai bercerita tentang masa lalu kakak. Itu pun jika Kak Rivaldi tidak keberatan sama sekali.” Rivaldi terdiam

