Rivaldi memuram kelam menatapnya. “Mereka masih lajang. Sedangkan kamu sudah menikah, Malika.” Malika menoleh ke arahnya yang jelas tidak setuju dengan idenya. Kening bertaut tak suka. “Aku tahu. Kamu tidak setuju? Kenapa? Bukankah waktu kamu datang melamarku, aku juga tidak setuju? Tapi, kamu tetap memaksa, kan? Lagi pula, aku hanya bersama Nandita. Bukannya ingin selingkuh dengan pria lain. Kenapa denganmu? Aku tidak suka pria yang terlalu posesif. Bukankah aku sudah memperingatimu hal ini sebelumnya?” “Kamu marah dengan ide Anggun bermalam di sini?” tuduhnya cepat dengan nada sangat tajam. Malika menghela napas berat, mematikan alat pengering rambut dan berdiri tegap. “Tolong jangan bahas itu sementara dia sudah ada di sini dengan barang-barangnya. Kalau dia mendengarnya, kamu pikir

