Mata Raska tampak basah melihat Sora telah membuka mata. Namun, Sora hanya diam, menatap langit kamar cukup lama sampai akhirnya ia melirik Raska. “Papa ….” ucap Sora dengan suara parau dan lemah sampai-sampai Raska seperti tak mendengar suaranya. “Ya, Papa di sini.” Raska duduk di tepi ranjang sambil mengusap pucuk kepala Sora lalu menggenggam tangan lemahnya. Sora kembali diam dan sesekai memejamkan mata seperti tubuhnya benar-benar lelah. Ia bahkan seperti tak bisa merasakan anggota tubuhnya. “Pa, di mana mama?” tanya Sora. Raska terdiam. Rasa hati ingin mengatakan, melarang Sora untuk memikirkan mamaya, tapi ia takut akan mempengaruhi kondisinya mengingat Sora sangat menyayangi Sakura. “Sora, tunggu sebentar, Papa akan panggil dokter,” kata Raska. Bukan semata untuk mengalihk