"Perempuan tadi siapa? Sekretaris kamu?" tanya Roro sesaat setelah masuk ke dalam ruang kerja Winston. "Ya, kenapa?" Winston mempersilakan Roro duduk di sofa ruangannya. Roro tersenyum. Ia senang sekali mendapatkan perlakuan penuh perhatian seperti ini. "Tidak apa-apa," jawab Roro sambil tersenyum. Padahal sebenarnya ia sedikit merasa aneh sebab dari sorot matanya saat bersirobok dengan dirinya, ia bisa melihat kalau wanita itu tidak menyukai keberadaan dirinya. Winston reflek mengusap kepala Roro. Roro sampai mendongak. Winston terpaku pada bibir merah itu. Roro memang sengaja memakai lipstik yang warnanya sedikit terang untuk menutupi bibir pucatnya. Melihat bibir pucat saja, Winston bisa terpancing. Apalagi melihat bibir merah delima itu. Winston sontak menelan ludah. "Tuan," pang