Pilihan Arsya

2274 Kata

Jakarta, 2022. Ruangan ini begitu sepi, hawa dingin dari pendingin ruangan menjalar hingga ke lantai kamar rawat inap rumah sakit yang ditempati oleh Arsya. Pria itu kini terbaring lemah, belum lagi membuka matanya sejak lima hari yang lalu. Namun seorang wanita tetap setia disampingnya, menggenggam dengan erat tangannya walau hatinya terasa terus teriris setiap mendengar suara monitor elektrokardiogram berbunyi seiring detak jantung Arsya. “Daisy,” Mama kandung Arsya mengusap pundaknya dengan lembut saat memanggil calon istri Arsya itu. “Bisa bicara sebentar diluar?” Daisy menatap Nina—Mama Arsya, matanya sudah memerah seusai bicara dengan dokter dan kini sangat terlihat berusaha tegar menahan tangis. Daisy kemudian mengangguk, ia melepaskan genggamannya dari tangan Arsya dan mengusap

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN