Ch-5 Hasrat Terlepas

1274 Kata
Melisa masih merebahkan tubuhnya di atas pangkuan sahabatnya Leebin. Beberapa saat kemudian Leebin mendengar suara desahan nafas panjangnya. Pria itu merasakan ada ganjalan di dalam hati gadis yang kini masih berada di atas pangkuannya tersebut. "Kenapa Lo gak bilang saja kalau Lo cuma mau nggantungin perasaan gue Bin?!" Desak gadis itu ketika pria tersebut mengelus lembut rambut panjangnya, dengan santainya tetap menghisap rokoknya. Mendengar gadis itu bertanya demikian, dia pun menghela nafas yang terasa sedikit berat dalam dadanya. "Lo tahu gue kerjaannya cuma lontang-lantung gak jelas?" Bukannya menjawab dan memberikan kepastian malah balik bertanya. Dasar pria k*****t si Leebin! Terasa sakit dan nyeri sekali dalam hati Melisa! Mendapatkan wajah pria yang telah mereguk hasrat bersamanya, tetap santai seperti itu. "Kalau Lo tahu kerjaan lo nggak jelas? Ngapain Lo berani-beraninya tidurin gue?!" Bentak Melisa padanya yang kini sudah mulai emosi. Ingin mencakar-cakar wajah tampan di depannya. "Refleks!" Ujarnya sambil mengerjapkan matanya berkali-kali menatap wajah bening mulus di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali. "Sialan Lo! Plaaakkkk!" Tamparan keras tersebut mendarat di pipinya begitu saja. Dia menatap wajah sedih di depannya, wajah terluka sahabatnya akibat ulahnya tersebut. "Kenapa sih Bin!? Kenapa harus dengan gue? Banyak cewek lain di luar sana yang bisa Lo mainin!" Teriaknya sambil memukul-mukul d**a bidangnya. Spontan pria tersebut segera menangkap kedua pergelangan tangannya, lalu menariknya ke dalam pelukannya. "Leebin! Jahat!" Ujarnya dengan wajah cemberut, kedua tangannya masih berada dalam genggaman pria itu. Saat pria tersebut mendekatkan wajahnya untuk memagut bibirnya, Melisa sengaja menoleh ke samping, menghindari sabetan bibirnya. Mendapatkan penolakannya dia segera melepaskan pelukannya, juga genggaman pada pergelangan tangannya. "Mau kemana??" Melisa memeluk pinggangnya dari belakang punggungnya. Menyandarkan kepalanya di sana. "Bukannya Lo marah sama gue, Mel? Ya sudah gue pergi saja." Ucapnya sambil berusaha melepaskan pelukan gadis itu dari pinggangnya. "Bin! Lo b******k banget!" Keluhnya, saat pria itu menarik kedua lengannya dari pinggangnya. "Iya gue b******k Mel." Melangkah pergi menuju ke pintu rumah gadis itu. Melisa tiba-tiba berlari menghadang di depannya. "Kenapa lagi? Gue gak boleh pulang? Oke gue nginep di sini saja!" Tanpa ba-bi-bu segera mengangkat tubuh Melisa, membawanya masuk ke dalam kamarnya. "Bin mau ngapain! Kita sudah melakukannya barusan! Jangan aneh-aneh!" Teriaknya saat pria tersebut sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, kemudian dia naik di atas tubuhnya sambil menahan kedua tangannya. "Bin! Jangan! Gue gak mau!" Menoleh ke samping, menghindari ciuman bibirnya. Dengan gemas pria itu segera meraih kepalanya dan melumat habis bibirnya! Terus mengulumnya tanpa mau berhenti. Melisa bergumam tidak jelas, karena bibirnya habis dalam pagutan sahabatnya tersebut. Leebin menarik pakaiannya satu persatu, melepaskannya, membuat gadis itu telanjang tanpa sehelai benang! "Bin.. kamu jahat..." Ciuman bibir pria itu hinggap di pipinya, turun ke bawah pada leher jenjangnya. "Iya gue pria yang jahat Melisa..." Bisiknya di telinganya, seraya mendaratkan ciuman lembut di bibirnya. "Leebiinnn." Desah gadis itu ketika merasakan pagutan lembut mendarat pada kedua buah dadanya. Dan juga sentuhan lembut jemari tangannya pada area sensitifnya. Melisa meremas-remas tengkuk pria yang kini masih mencumbuinya, menjelajahi seluruh kulit tubuhnya. Dari lehernya hingga area sensitifnya. Remasan jemari tangannya semakin menggila ketika pria itu mendaratkan bibirnya pada sela-sela pahanya. Leebin tidak membiarkan Melisa merapatkan kedua pahanya, dia sengaja menahannya agar tetap terbuka untuk lebih leluasa menghisap area sensitifnya tersebut. Gadis tersebut meliuk-liukkan tubuhnya menahan gigitan kecil pada benjolan di sela-sela area terlarang miliknya. "Melisa.. gue lanjut ya?" Bisiknya lagi seraya mulai menuntun tonggak kejantanan miliknya pada area terlarang miliknya. "Lebiiinnnn!" Pekiknya ketika pria itu mulai menerjang ke dalam. Melisa tak berhenti mendesah merasakan kocokan lembut pada area sensitifnya tersebut. "Bin.... jahat..." Desahnya lirih, seraya menyambut pagutan bibir pria yang kini tetap berpacu di atas tubuhnya. "Em.. Melisa.." Desahnya seraya menggigit lembut leher jenjang gadis itu. Tangannya tak mau berhenti meremas kedua bongkahan kenyalnya. Ciuman bibirnya masih hinggap dengan gigitan kecil, menjelajahi leher mulusnya. Rintihan Melisa membuat pria itu terus berpacu, menopang tubuhnya dengan kedua tangannya di sisi kiri-kanan gadis itu, dengan hentakan-hentakan cepat membuat tubuh Melisa terlompat-lompat ke belakang akibat terdorong desakan sahabat karibnya tersebut. "Lebiiinnnn.. Lo harus nikahin gue..." Rengeknya manja seraya melepaskan klimaksnya, memeluk erat pinggangnya. Menahan tubuh pria tersebut di dalam pelukannya. Lagi-lagi Leebin hanya tersenyum sambil melumat bibirnya, tidak mau menjawab permintaannya. "Melisa....." Disusul berikutnya Leebin menumpahkan cairan kentalnya di atas bibir basah berlendir miliknya. "Kenapa tidak dikeluarkan di dalam! Sekalian Lo buat gue hamil lalu Lo tinggalin gitu aja!" Berteriak keras karena menahan amarahnya, juga masih tetap menahan tubuh atletis pria itu di dalam pelukannya. "Emmm.." Lumatan bibir pria itu lagi-lagi singgah pada bibirnya, seakan-akan sengaja dia lakukan untuk menghentikan teriakannya. Pria itu kembali meloloskan tonggak kejantanan miliknya ke dalam organ intim Melisa. "Binn.." Ayunan lembut membuatnya kembali mendesah sambil meremas-remas kedua lengannya. "Gue bukannya..nggak mau kasih kepastian Mel.." Ucapnya masih tetap terus mendesak ke depan. "Ah..iya.." Mencubit hidung gadis tersebut lalu melumat bibirnya kembali. Leebin menarik tubuhnya, untuk berubah posisi sambil mendesak ke depan. "Desahanmu Mel.." Masih terus melaju dengan perlahan. Keringat pria itu bercucuran membasahi kedua pelipisnya, menyalurkan gejolak hasrat yang tertumpah berkali-kali pada siang itu. Keduanya berakhir berpelukan di bawah selimut. "Biiinnn.. jangan sentuh itu terus.." Rajuk-nya ketika pria itu tersenyum memainkan area sensitifnya dengan jemarinya. "Kenapa?" "Aku tidak tahan.... hentikan.." Terus merajuk seraya menatap jemari tangan pria itu yang terus memainkannya. "Lagi ya.. " Bisiknya sembari menggigit kecil daun telinganya. Melisa masih menatap selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, bergerak-gerak lebih cepat akibat ulah jemari tangan pria di sebelahnya. "Jangan kencang-kencang." Menggeliat menahan permainannya yang semakin lama semakin cepat. "Aku mulai!" Gerakannya membuat tempat tidur lembut tersebut ikut berderit, berguncang, menahan tubuh mereka berdua. Rengekan manja, membuat pria itu malah menambah laju permainannya. "Selalu saja.. nakal..." Rengeknya ketika melihat bibir tersenyum di atas tubuhnya, tak mau berhenti mengecup bibirnya bertubi-tubi. Karena kelelahan bermain, mereka berdua tertidur di bawah selimut. Tak terasa waktu sudah mulai senja. "Biiinnn.. Lebiiinn bangun! Woi! Sempruuuulll!" Teriakan Melisa membuatnya terjaga dari tidurnya. Pria tersebut masih belum bisa merasakan kesadaran seratus persen. Masih menguap sambil mengusap kedua matanya. Saat melihat sekitar, dia mendapati dirinya sedang duduk di atas tempat tidurnya, di dalam kost-kostan tempat dia tinggal selama ini. Lalu tatapan matanya beralih ke arah gadis yang kini berdiri di sebelah tempat tidurnya. "Astajin gue mimpi basah! Dengan cewek ini! Astajin! Lima kali.. enam kali!" Menghitung dengan jari tangannya. Melisa mengunyah gigi kosong menatap pria yang terus bergumam tiada henti di depannya itu. "Nih!" Mengancungkan sebungkus nasi uduk di depan wajah Leebin. "Makasih Mel." Menggaruk kepalanya sendiri sambil cengar-cengir, mengingat kejadian dalam mimpinya. Matanya melotot ke arah tubuh sintal berpakaian kaos santai, juga hotpants warna biru abu. Leebin ingat pagi buta tadi setelah mampir ke rumah gadis itu untuk minum kopi, dia langsung pulang karena Melisa pergi ke kampus. Dia sendiri kemudian pulang ke kost-kostannya, lalu tertidur karena ngantuk berat gara-gara begadang semalaman penuh dengan teman-temannya. "Kenapa Lo, cengar-cengir kaya orang gila?" Tanyanya sambil tersenyum menatap wajah sahabatnya tersebut penuh rasa curiga. "Gak apa-apa, gue mau mandi dulu." Ujarnya lalu turun dari tempat tidurnya. Mata Melisa menatap ke arah celana pendek selutut yang dikenakan oleh pria itu, basah! "Bin tunggu!" Berdiri melangkah mendekat ke arahnya. "Sialan! Pasti ketahuan gue! Cewe mata laser ini pasti tahu! Malu-maluin banget gue! Kampret!" Umpat Leebin sambil berdiri mematung pada posisinya. Mukanya merah padam, menahan malu, menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. "Bin Lo kencing di celana?? Hahahaha! Buaaaakkk!!" Melisa memukul lengannya sambil terpingkal-pingkal melihat wajah merah sahabatnya tersebut. "Bukan! Lo pikir gue anak tiga tahun masih ngompol???! Ini gue mimpi anu sama cewek!" Serunya dengan gemas karena tidak rela dikira kencing di celana. "Cewek? Gue bukan?!" Terkejut mendengar penjelasan pria tersebut. "Iya sama Lo! Huuuh! Braakkk!" Menghilang di balik pintu kamar mandinya, seraya membanting pintu. Melisa mematung pada posisinya berdiri. "Dengan gue??? Begituan??!" Tanyanya pada dirinya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN