Sari menggelengkan kepalanya, wajahnya menunjukkan ketidaksabaran dan kekecewaan. Ia menghela napas panjang, lalu melipat tangannya di depan d**a. “Aku harus bicara pada Devan,” gumamnya pelan, tetapi penuh ketegasan. Matanya masih menatap ke arah kamar Evelyn, seolah berharap menantunya itu akan keluar dan meminta maaf. Namun, tak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka. Dengan langkah mantap, Sari berbalik dan berjalan menuju ruang tengah. Ia menunggu Devan pulang. Bagaimanapun juga, sebagai kepala rumah tangga, Devan harus tahu dan bertindak. Evelyn tidak bisa dibiarkan terus seperti ini. Sari menggelengkan kepalanya, wajahnya menunjukkan ketidaksabaran dan kekecewaan. Ia menghela napas panjang, lalu melipat tangannya di depan d**a. “Aku harus bicara pada Devan,” gumamnya pelan, tet

