Saat zaman kuliah jurusan kedokteran bahkan hingga spesialis, Luis selalu selangkah lebih maju dari Giska meski sang gadis memiliki kemampuan akademik nyaris setara dengan Luis. Suatu malam, Giska disatukan dengan Luis dalam sebuah kelompok kerja praktikum membedah m*yat. "Hey, Lu. Apa kau pikir bisa membedah anggota keluarga sendiri jika kau sedang kebetulan bertugas?" tanya Giska memecah hening di tengah kegiatan praktikum di sebuah ruang otopsi. "Bisa saja. Kenapa tidak?" "Ch! Jangan sombong. Banyak penelitian bilang psikologi manusia akan mengganggu jalannya penanganan atau operasi jika pasiennya adalah keluarga sendiri." "Lalu kau? Apa kau termasuk berani?" tanya balik Luis tanpa melihat Giska. "Aku ..." Giska terjeda sesaat. "Aku berani. Aku pasti berani," timpalnya lagi be

