Hari-hari berlalu dengan pelan di rumah tua itu. Vanila mulai terbiasa dengan sunyi. Ia memasak dengan bumbu seadanya, berhemat, dan menyesuaikan lidahnya kembali dengan rasa sederhana yang dulu sempat ia tinggalkan. Ia mencuci pakaiannya sendiri, menyapu halaman, dan sesekali menanam bunga di tanah kecil di samping rumah. Tidak ada taman megah, hanya beberapa pot tanah liat yang ia temukan di gudang belakang. Tapi ia menanam dengan sepenuh hati. Mungkin itu satu-satunya hal yang bisa ia rawat dengan cinta, meskipun rumah itu dulu tak pernah memberinya pelukan. Ia tahu, ini bukan rumah yang penuh kenangan indah. Tapi ia tetap ingin menjaganya. Pagi itu, saat matahari mulai naik dan embun masih menempel di ujung daun, Vanila sedang menyiram tanaman. Bajunya sederhana, rambutnya dikuncir a