Hukum Naryama

1550 Kata

Saat malam semakin larut dan gelap karena lampu-lampu penerang kota pun mulai pada dipadamkan. Kayana memutuskan untuk kembali ke kediaman keluarga Daniswara sekalian mengantar Ariy yang tampak sudah cukup kelelahan. Namun, sesampai di rumah dan tubuh yang lelah berhasil mencapai peraduan. Kedua bola matanya malah sama sekali tak mampu dipejamkan. Ia sangat gundah memikirkan identitas wanita yang pernah hampir ingin ia lenyapkan dari dunia itu. Penyesalan merambat ke seluruh relung tulang dan hati. Tak mampu ia berkata. Hanya air mata yang bisa menetes tanpa suara. Ia angkat telpon genggam hendak hubungi seseorang. “Assalammu’alaikum,” salam Kayana. Gadis di seberang sambungan nyaris terpekik kegirangan. “Wa, Wa’alaikumsalam,” balasnya syahdu jaga image. “Ada apa yah, Kay? Tumben banget

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN