Ruang rapat lantai 15 biasanya menjadi tempat Nadine paling dominan. Tapi pagi ini, ia tidak diundang. Padahal ia sudah menyiapkan materi dan angka proyeksi yang sempat dibicarakan minggu lalu bersama Ravi. Ia kembali ke ruangannya. Membuka laptop. Mencocokkan email. Benar—tidak ada undangan rapat. Tak ada reminder dari sistem kalender internal. Pukul 09.45, ia berdiri dan melangkah menuju pantry, tempat Ravi dan Arya biasanya ngopi pagi. Ravi tengah menuang air panas ke cangkirnya saat Nadine menyapa ringan. “Pagi. Rapat marketing barusan ya?” Ravi hampir tersedak. “Oh… iya. Tadi cepat kok. Hanya bahas teknis kecil.” “Biasanya aku ikut,” kata Nadine pelan. “Kenapa berubah?” Arya yang berdiri di belakang Ravi tanpa pikir panjang menjawab, “Soalnya beberapa orang di dewan sempat bilan