Bab 74. Menjemput bahagia vs dendam

1108 Kata

Sudah hampir dua jam berlalu, tapi belum ada tanda-tanda kalau operasi sudah selesai. Di luar, Aidil, Rahmat, dan Renita tampak menunggu dengan perasaan tak menentu. Rasa takut dan was-was terus membayangi. Renita jelas paham ketakutan yang Aidil rasakan. Ia pun pernah merasakan hal yang sama. Meskipun tampak tak acuh, tapi dulu Renita selalu memerhatikan kondisi ibunya secara diam-diam. Bahkan ia membayar salah seorang perawat untuk membantu ibunya di rumah sakit secara diam-diam tanpa sepengetahuan Nek Ida dan Maira. Perawat itu beralasan kalau ia memang dipekerjakan oleh pihak rumah sakit. Melihat Aidil yang diselimuti keresahan, Renita pun menggenggam tangan Aidil. Laki-laki itu menoleh. Ia tersenyum meskipun tidak full sumringah. Ada beban yang menggelayuti benaknya. "Tenanglah, m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN