Lima

3038 Kata
Sambil berkendara Lian melirik Ayana yang tengah termenung menyenderkan kepalanya pada kaca mobil, dan pandangan Lian beralih pada pergelangan tangan Ayana yang masih meninggalkan jejak merah, dia tidak tahu seberapa kerasnya pria tadi menahan tangan Ayana, entahlah mungkin karena perlawanan Ayana yang juga kuat. "Kamu masih mikirin pria b******k tadi?" akhirnya mulut Lian yang sedari gatal untuk bicara bersuara juga. "Jangan bilang dia b******k, kamu juga tak kalah b******k," balas Ayana datar tanpa bergerak ataupun mengalihkan pandangannya. Lian hanya bergidik mendengar balasan Ayana, saat moodnya buruk kata-katanya malah semakin tajam, "dia pacarmu itu?" Tak ada jawaban yang diberikan Ayana, dia bertingkah seolah tak ada yang bicara padanya.Lian menyerah, lebih baik dia diam saja daripada bicara sendiri. "Dunia ini tidak adil," setelah lama terdiam, suasana sunyipun terpecah karena suara serak Ayana. "Hm??" Lian yang kaget mendengar suara Ayana hanya terperanjat. "Kenapa mereka yang merasa hidup dikelas atas bisa melakukan apa saja? Kenapa mereka yang telah hidup senang tidak membiarkan kami yang menyedihkan ini juga ikut bahagia? Bukankah kami berhak??" lanjut Ayana lagi. Lian masih diam, ia tidak tahu harus merespon ucapan Ayana. "Kenapa kalian membuat hidup kami semakin menderita? Kenapa kalian bisa mengatur hidup kami??" "Kalian?" Lian merasa janggal dengan kata-kata yang digunakan Ayana. Ayana menegakkan kepalanya yang tadi tersandar menatap Lian, "iya kalian, orang-orang yang memiliki kuasa dan mengacaukan rencana hidup kami, kenapa kalian bisa bertingkah sesuka hati kalian!?" Lian menenggak ludahnya mendengarkan amarah Ayana yang entah kenapa malah ia yang menanggungnya, "hey kenapa kamu memarahiku??" "Kamu juga bertingkah sesuka hatimu. Cih, kamu mana tahu apa yang kurasakan," Ayana menyenderkan kepalanya pada punggung kursi sambil mengusap pelipisnya, kepalanya benar-benar sakit saat ini. "Harusnya kamu berterima kasih padaku!" protes Lian karena beranggapan telah menyelamatkan gadis ini.Tak ada jawaban yang diberikan Ayana, dia kini menutup matanya karena kepalanya benar-benar sakit, serasa sesuatu yang berat tengah menghantam kepalanya. "Hey Ayana!" tegur Lian lagi karena seolah-olah daritadi ucapannya sama sekali tak digubris. "Diamlah!!" satu ucapan Ayana sukses membuat Lian memilih untuk menutup mulut. *** Lian yang tengah sibuk bekerja di kagetkan dengan suara pintu ruangannya yang terbuka tiba-tiba, ingin rasanya Lian menghardik siapa saja yang berani memasuki ruangannya tanpa izin.Namun umpatan itu tertahan di kerongkongan saat melihat siapa yang telah masuk secara bebas ke ruangannya,"Mommy, ngapain kesini?" "Suka-suka mommy dong," jawab mommy enteng sambil berjalan santai dan duduk dihadapan Lian. Lian hanya mendengus lelah dan melanjutkan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi tanpa mempedulikan mommynya yang sibuk melihat detail susunan ruangan Lian. "Eh itu sekretaris kamu bilangin besok pakaian jangan begitu lagi, mommy gak suka liatnya," mommy mulai berceloteh. "Apa yang salah sih mom?" "Pakaiannya minim banget, mana ketat gitu, dia mau kerja apa ngapain?" "Biarin aja, badannya bagus kok, kan cantik mom," Mendadak sebuah buku mendarat di kepala Lian yang membuatnya meringis mengusap kepalanya yang dipukul mommy, "Aduh!" "Kamu tuh ya pikirannya, jangan bilang kamu pernah kencan sama dia! Tampilannya udah kayak cewek gak bener," "Emang orang pada gak bener semua, biarin aja lah mom," "Yaudah nanti biar mommy yang bilangin sendiri, percuma ngomong sama kamu!" kesal mommy pada anaknya itu. "Iya iya, nanti aku yang bilang," cegat Lian langsung karena tak ingin mommynya malah memperibet semuanya dengan omelannya yang sangat ia pahami itu. "Ayana mana?" "Heuh?" ujar Lian kaget karena mendadak mommy menanyakan keberadaan wanita itu. "Iya Ayana, kamu bilang dia kerja disini kan? Mommy mau ketemu dia," Lian terdiam sejenak sambil berpikir sejenak, "hm..., aku gak yakin dia ada sih mom," "Kenapa??" "Aku denger kemarin dia pulang cepat karena kurang enak badan, mungkin hari ini dia gak datang kerja," jawab Lian dengan polosnya. Mommy langsung menunjukkan wajah kaget, "kok mungkin sih?? Dia kan pacar kamu, kok kamunya gak tahu!?" Lian menggaruk pundaknya yang tidak gatal, ia lupa kalau disini ceritanya Ayana adalah calon isterinya, lagian Lian tidak begitu tahu kabar Ayana sebenarnya. "Ih kamu kok gitu sih? Kalau Ayana lagi kenapa-napa gimana!?" "Aku yakin dia nggak kenapa-napa kok mom," Lian mencoba santai mengahadapi mommynya yang malah mendadak panik. "Dia serius pacar kamu apa nggak sih? Mommy jadi ragu," "Eh serius kok mom," Tanpa mendengar penjelasan Lian, mommy langsung berdiri, "sekarang kamu anterin mommy ke tempatnya Ayana!" "Tapi mom, aku lag...," "Nggak ada tapi tapian, kamu bikin mommy kesel aja, anterin mommy ke tempat Ayana, atau kamu ikut mommy pulang ke Amerika!?" * Ayana berjalan lambat sambil memegang kepalanya yang masih sangat berat saat mendengar bel apartemennya berbunyi, "argh, siapa yang datang??" celoteh Ayana mulai membukakan pintu. "Mommy!?" ujar Ayana kaget melihat wanita yang berdiri dihadapannya. Wajah mommy langsung kaget saat mendapati wajah pucat yang tengah membukakan pintu untuknya, "oh my god! Are you okay baby??"Mommy langsung memegang wajah pucat Ayana sambil memeriksa suhu tubuh Ayana dengan telapak tangannya, tak lupa wajah cemas sekaligus kagetnya. Ayana memaksakan senyumnya menyambut kedatangan mommy, "aku nggak apa-apa kok mom, yuk masuk dulu," setelah menutup pintu kembali mereka sudah duduk di atas sofa, "mommy kok bisa kesini?" "Mommy paksa Lian antar kesini waktu dengar kamu gak datang kerja karena sakit, tapi Liannya bilang gak tahu apartemen kamu yang mananya, jadi mommy tanya-tanyain orang sini yang mana tempat kamu," "Hum.. Makasih ya mom udah mau nengokin aku, aku buatin minum dulu ya mom..," Ayana yang tadinya akan bangkit langsung ditahan oleh mommy, "gak usah, kamu udah makan sayang??" "Tadi pagi udah makan roti sedikit, aku kehilangan nafsu makan," "Kamu sakit apa? Udah ke dokter?" Ayana menggeleng ringan, "aku cuma pusing-pusing aja, mungkin cuma butuh istirahat," "Duh, tubuh kamu panas loh, mukanya juga pucet banget, kamu bikin mommy cemas aja, mana kamu juga tinggal sendirian lagi," Ayana tersenyum mendengar respon mommy, ia tidak menyangka jika akan ada sosok yang begitu mengkhawatirkan dirinya, sosok seorang ibu, "nggak apa-apa kok, maaf ya udah bikin cemas mommy," "Kamu mending sekarang istirahat dikamar," "Nggak usah mom, aku bosan di kamar, aku maunya disini aja," "Oke, kamu istirahat disini," mommy menyelimuti Ayana dengan selimut yang memang sudah ada disana, sebelumnya Ayana memang istirahat disana.Setelah itu mommy berjalan menuju dapur berniat untuk membuatkan sesuatu yang bisa dimakan oleh Ayana, namun mommy kembali berbalik karena mendapati kulkas dan dapur Ayana yang kosong. "Persediaan dapur kamu lagi habis ya?" tanya mommy pada Ayana. Ayana hanya tersenyum malu sekaligus canggung pada mommy, "aku belum gajian mom," Mommy langsung menunjukkan wajah kaget mendengar jawaban Ayana, "what!? Oh my god, i dont believe it, Lian gimana sih? Bagaimana bisa dia biarin kamu begini!? Padahal yang punya kantor tempat kamu kerja itu cowok kamu loh!? Mommy serius gak habis pikir sama Lian! Dia gak perhatiin kamu sama sekali," "Eh mom, ini bukan salah Lian kok," ujar Ayana cepat meluruskan agar mommy tidak memperpanjang masalah ini. "Stop sayang, kamu jangan belain Lian. Dia tampaknya butuh hukuman," dengus mommy sambil meraih tasnya yang tadi ia letakkan di meja."Tunggu disini oke? Mommy keluar sebentar beli makanan sekaligus bahan-bahan dapur, kalau ada apa-apa langsung hubungi mommy," "Eh tapi mom, nggak usah repot-repot," cegat Ayana sebelum mommy benar-benar pergi. "Ih nggak repot kok, udah istirahat aja disini, mommy sekalian beli obat buat kamu," dan mommy langsung pergi dengan langkah bergegasnya. ** Malam ini Ayana merasa kondisinya menjadi lebih baik, seharian ini mommy benar-benar menjaganya. Kini mereka berdua tengah duduk berdampingan di depan televisi. "Udah seharian mommy disini, maaf ya mom kalau ngerepotin atau gak nyaman sama keadaan tempat tinggal aku," ujar Ayana sungkan. "Gak masalah kok, jujur awalnya mommy kurang nyaman sama komplek apartemen ini, tapi semuanya berubah saat masuk kesini, walaupun sederhana kamu pinter nyusun barang dan rapi, mommy jadi nyaman," Ayana tersenyum malu mendengar pujian dari mommy, "heheh, makasih mommy," "Jadi jangan malu-malu sama mommy, gak perlu berlebihan, yang penting kita nyaman, ya kan?" Ayana mengangguk menyetujui pandangan mommy, Ayana awalnya merasa segan karena tempat tinggalnya berkondisi seadanya sedangkan rumah mommy, bisa ia pastikan jauh lebih bagus dan tak sebanding dengannya. "Lain kali kamu juga harus ke tempat mommy ya, Lian pasti cuma ngajak kamu ke apartemen dia dan gak pernah ke rumah kan??" Ayana ragu harus menjawab anggukan atau gelengan sekarang, bahkan ia sama sekali tidak tahu dimana apertemen Lian, lagian perlu apa dia mengetahui tempat tinggal pria menyebalkan itu??Mendadak Ayana terdiam memikirkan bagaimana sayang dan perhatiannya mommy Lian pada dirinya, bagaimana bisa ia terus membohongi orang sebaik ini?? "Mom...," "Iya, kenapa sayang??" Ayana menggigit sekilas bibir bawahnya sebelum mulai bicara, "kok mommy perhatian dan baik banget sama aku?" Mommy menunjukkan wajah heran menerima pertanyaan gadis disampingnya, "emang kenapa? Ada yang salah atau bikin kamu nggak nyaman?" "Bukan gitu mom," dengan cepat Ayana menggeleng agar mommy tak salah paham, "kalau seandainya mommy ketemu aku bukan sebagai kekasihnya Lian, cuma seorang Ayana kecil yang udah tumbuh dewasa, apa mommy bakalan tetap bersikap seperti ini?" Mommy menyenderkan dirinya pada punggung sofa sambil berpikir sejenak, "pertanyaannya kok susah ya?" "Eung..., mommy gak mesti jawab kok, aku cuma iseng nanya," ujar Ayana mengurungkan niatnya yang tadi sangat ingin tahu. "Nggak tahu kenapa mommy seneng aja liat kamu, entahlah itu juga ada pengaruhnya karena kamu punya hubungan sama Lian, tapi intinya sekarang mommy sayang sama kamu," mommypun merangkul Ayana dan memeluknya hangat sembari tersenyum. "Lian, makasih udah bikin aku ketemu orang yang sebaik ini dan di sisi lain aku juga benci banget sama kamu karena bikin aku tega bohong sama orang sebaik ini, maafin aku mom.." *** Ayana berjalan lambat keluar kantor setelah seharian ini bekerja, walaupun tubuhnya belum terasa begitu baik namun Ayana memaksakan dirinya agat bergerak, lagian dia bosan hanya mendekam di atas tempat tidur dan sofa.Tanpa ia sengaja kini ia malah berpapasan dengan Lian. "Apa sih liat-liat?" ujar Ayana jutek karena Lian yang tengah melihatnya tanpa bicara ataupun menyapa dirinya. "Kamu itu jadi cewek ramah dikit gak bisa ya?" balas Lian kini sudah berdiri dihadapan Ayana. "Ngapain ramah sama kamu?" "Ish, pantesan ditinggalin pacar," ledek Lian yang langsung dibalas tendangan Ayana yang mendarat di tulang keringnya, "argh!!" "Gak lucu!" "Dasar wanita mengerikan!" celoteh Lian mengusap tulang keringnya. "Awas, kalau nggak penting sana pergi," Ayana mulai malas meladeni Lian. "Kamu udah sehat?" Lian mengganti topik pembicaraan, sebenarnya dari awal harusnya ia bertanya. "Menurut lo?" "Syukur masih ada yang nanyain, nanti aku gak tahu keadaan kamu malah kena semprot lagi sama mommy," curhat Lian apa adanya. Semalaman ia harus menerima ocehan sang mommy yang selalu saja menyalahkannya. "Bilang aja udah, suka-suka kamu aja mau ngomong apa," balas Ayana tidak semangat, entah kenapa ia mendadak lesu membahas masalah ini. "Kamu kenapa sih? Aneh banget, lagi PMS ya?" Ayana menghembuskan napas lelah dihadapan Lian, bicara dengan Lian benar-benar membuatnya semakin kehilangan tenaga."Udah ah jangan banyak tanya, aku capek, pengen pulang, pengen tidur, pengen tenang," "Yaudah, ayo pulang bareng," ajak Lian santai. "Gak mau." "Jangan berpikir ngerepotin, kamu gak cocok basa-basi, hahahah," Ayana membiarkan Lian tertawa dengan kebahagiaannya sendiri, ia tidak peduli dan lebih memilih pergi meninggalkan Lian begitu saja. "Eh, mau kemana sih? Katanya pengen pulang," dengan cepat Lian menahan Ayana sebelum meninggalkannya tertawa sendiri seperti orang gila. "Kamu dengerkan tadi aku ngomong pengen tenang?? Kamu pikir aku bisa tenang kalau deket-deket sama kamu? Udah ah sana, ngapain sih ikut-ikut?" Ayana berusaha mengusir Lian yang masih saja mengikuti langkahnya yang hendak pergi menjauhi pria itu. "Ah, kamu itu kok minta dipaksa terus ya? Oke kalau kamu maunya gitu," mendadak Ayana merasakan tubuhnya yang tak lagi menapak tanah, tanpa aba-aba Lian menggendong dirinya dan membawanya ke arah parkiran dimana mobil Lian terparkir, syukur disekitar mereka tidak ada banyak orang yang membuat Ayana akan sangat malu. "LIAN!!! Apa-apaan sih!? Turunin sekarang nggak!!" pekik Ayana memukul-mukul tubuh Lian agar bisa lepas. "Kamu sendiri yang minta dipaksa," balas Lian tidak peduli dengan perlawanan Ayana yang sebenarnya tidak bisa dipandang sebelah mata. "Lian jangan bikin malu!!" "Apanya yang dimaluin coba?" "LLLIIIAAANNNN!!!!" teriak Ayana sambil menjambak rambut Lian tanpa ampun. "Kyaaa!!!!" dan saat itu pula Lian langsung melepaskan Ayana sebelum rambutnya lepas dari kepalanya. "Rasain tuh! Dasar makhluk nyebelin!!" racau Ayana tertawa dengan kemenangannya. "Udah ah ribut mulu, cepetan masuk!" ujar Lian menyuruh Ayana karena kebetulan mereka sudah sampai di mobil milik Lian. "Gak mau!" "Ngelawan mulu sih? Udah orang baikin masih aja ngelawan," Lian masih mengusap kepalanya dan berniat masuk kedalam mobil. Ayana tertawa melihat ekspresi Lian yang menurutnya sangat lucu, "iya deh iya maaf, sakit banget ya? Tapi kan kamu duluan yang cari masalah," "Cepetan masuk!" perintah Lian kehilangan tawanya dan masuk duluan kedalam mobil.Ayana masih menahan tawa melihat Lian yang sedang merajuk dan kesal, dan akhirnya ia memilih menurut pada perintah Lian. * "Nah loh, ini kemana?? Ini bukan jalan pulang," cegat Ayana saat menyadari jalan yang mereka tempuh bukan jalan biasa yang ia lewati untuk pulang. "Mau pulang," "Kemana??" "Rumah kitaaaa," jawab Lian dengan senyumnya yang merekah. "Ih! Aku serius loh," "Aku juga serius," Ayana mengusap wajahnya malas menghadapi Lian, "kenapa ya ngomong sama kamu itu bisa bikin energi aku kesedot delapan kali lipat, bikin capek," "Ahahah, aku ngomong sama kamu bikin energiku nambah sembilan kali lipat," timpal Lian masih saja tertawa. Ayana memutar bola matanya malas, "serius aku capek, kita mau kemana sih?" "Mommy suruh ajak kamu kerumah," "Ngapain?" "Gak tahu, eh kemarin si mommy lama banget ya di tempat kamu, ngapain?" Ayana bersandar pada punggung kursi, "ya jagain aku lah, mommykan ceritanya 'camer'. Emang kamu, katanya 'pacar' tapi nanyain aja enggak," "Kan 'ceritanya', yaudah mau gimana," balas Lian ikut mengikuti gaya bicara Ayana yang menekankan kata tertentu. Ayana terdiam sejenak karena lagi terpikirkan masalah kemarin, "aku sebenernya merasa bersalah," "Kenapa?" "Mommy kamu itu baik dan sayang banget sama aku, aku ngerasa bersalah banget karena kita bohongin dia," "Yaudah, kita pacaran beneran aja biar nggak bohong lagi," balas Lian enteng. "Aku serius!! Kamu jangan main-main terus deh!" Ayana mulai geram karena Lian tak menanggapi serius ucapannya. "Emang kita mau gimana lagi? Kita udah terlanjur, nggak mungkin mendadak kita terus terang, lagian kita tunggu saja, bentar lagi mommy sama daddy balik ke Amerika lagi," Ayana mengangguk paham walaupun sebenarnya hatinya belum merasa lega. "Udah mau sampai nih," ucap Lian setelah mereka saling diam beberapa saat. "Rumah kamu yang mana?" "Tebak deh yang mana," Ayana mencoba memperhatikan dan menebak, hingga dirinya yakin rumah paling mewah berwarna putih itu adalah rumah Lian, "yang gede warna putih itu ya?" "Sebelahnya," "Rumah kamu?" "Tetangga aku," * Langkah Ayana terlihat kaku saat Lian menyuruhnya masuk terlebih dahulu, bukan hanya karena pertama kali berkunjung, hanya saja Ayana merasa sedikit canggung melihat betapa mewahnya rumah ini, awalnya tidak begitu tampak, namun berbeda saat benar-benar masuk ke lingkungan rumah ini. "Wah, akhirnya kamu datang juga," dan saat itu juga Ayana kaget saat mommy mendadak keluar dan menyambutnya hangat.Ayana langsung tersenyum menyambut rangkulan mommy yang membawanya masuk kedalam. Beberapa saat setelah mommy dan Ayana berbincang di ruang tengah, Lianpun datang dengan baju yang telah diganti, Ayana sedikit tercengang melihat gaya Lian sekarang. Hanya menggunakan celana selutut dan baju kaos yang memperlihatkan bentuk badan Lian yang bagus. Lian lebih terlihat santai, jangan lupakan rambutnya yang sudah tak begitu rapi seperti sebelumnya, tampaknya ia baru selesai mandi. Menyadari itu, Lian melempar tatapan ke Ayana seolah berkata 'apa lihat-lihat??' dan tentunya dibalas dengusan oleh Ayana. "Lian, anterin Ayana ke kamar, tahu aja dia mau mandi juga," tutur Mommy pada Lian. "Ke kamar aku mom? Yuk lah Ay," ajak Lian tersenyum aneh. "Hush! Ya ke kamar depan lah, ngapain coba bawa ke kamar kamu?" mommy langsung memukul Lian dan memperjelas suruhannya. "Hahah, aku kan lupa mommy," Lian hanya membalas dengan tawa garingnya dan lanjut melaksanakan perintah mommy, "ayo Ay, aku antar, mau ke kamar depan atau kamar aku?" "Ih apaansih!?" balas Ayana sambil sengaja menginjak kaki Lian dengan keras. Mommy yang melihat itu hanya tertawa geli. * "Nih kamarnya, di dalam sekalian ada kamar mandinya, mau ditemenin gak?" ujar Lian saat mereka telah sampai di kamar yang dimaksud. "Bisa sendiri," "Mommy nyuruh kamu nginap kan?" Lian memastikan lagi sebelum Ayana membuka pintu kamar itu. "Iya sih, cuma..., aku nggak enak, gimana nolaknya ya?" "Udah ah nurut aja, kapan lagi kan kamu bisa tinggal di rumah mewah begini?" "Kayaknya sombong itu emang udah jadi bagian hidup kamu ya? Aku merasa sungkan aja, apa nggak masalah?" Ayana bicara bingung. "Nggak masalah kok, mommy kan cuma kali ini minta, gak bakal sering kok, lagian kan besok libur. Emang mau ngapain sendirian di tempat tinggal kamu?" Ayana diam sambil menimbang-nimbang keputusannya, "aku gak bawa pakaian ganti," "Hum..., kalau gitu bukan yang ini kamarnya, ayo ikut!" Lian memutar langkahnya menuju ruangan lain yang bersebelahan dengan kamarnya. "Pakai kamar yang ini aja," instruksi Lian. "Kamar siapa??" "Ini kamar adikku, buka aja lemarinya, terus kamu tinggal pilih apa aja yang mau dipakai," jawab Lian santai membukakan pintu kamar itu. "Eh, ini nggak masalah sama adek kamu?" Lian tertawa mendengar ucapan Ayana, "kamu itu dari tadi nanya masalah mulu?? Udahlah, santai aja. Semua barang pasti pas sama kamu,  kan badan kalian sama, cuma tulang doang," Ayana merungut merespon Lian yang kini sedang tertawa seolah mengejeknya, "udah ah sana! Ganggu aja!" "Ahahah, santai...," tanggap Lian santai berjalan meninggalkan Ayana yang menutup pintu kamar dengan kesal. ** Setelah selesai dari urusan kamar mandi, Ayana dengan ragu membuka lemari besar milik adik Lian yang katanya bernama Kezya. Mata Ayana menelisik isi lemari yang tersusun sangat rapi, ia mencoba mengambil salah satu pakaian dan mencobanya didepan cermin.Sebuah senyum terukir diwajah Ayana, ucapan Lian benar, pakaian milik Kezya benar-benar pas dibadannya. Setelah selesai, Ayana memutuskan keluar kamar dan mencari keberadaan mommy, atau mungkin setidaknya Lian.Ayana menuju ruang tengah dan mendapati Lian sedang duduk didepan televisi yang menyala, tapi Lian malah asik membaca majalah olahraga ditangannya. Mata Ayana melihat kearah lain, namun tak ada lagi manusia yang ia temukan. "Mommy mana?" tanya Ayana mendekat masih berdiri. "Mendadak dapat telfon penting, dia harus pergi," "Terus kapan baliknya?" "Mungkin besok sore," Ayana terperanjat kaget mendengar jawaban Lian, "heh, terus ngapain aku disini? Aku pulang sekarang deh," "Eits! Udah mulai gelap, tanggung disini aja," "Nggak ah! Kita cuma berdua doang, lebih baik aku balik," tolak Ayana segera ingin pulang. "Emang kenapa? Takut aku apa-apain ya? Heheh, jangan panik gitu, bawa santai, aku lagi malas buat apa-apain anak orang sekarang," Mendengar jawaban Lian membuat Ayana kesal dan ingin melempar vas kaca yang ada didekatnya ke wajah menyebalkan milik Lian. "Lagian tadi mommy lagi masak, dia bilang supaya kamu lanjutin kerjaannya. Kamu pasti sekarang lagi kesalkan? Tuh lampiasin ke dapur," jawab Lian santai sambil berniat melanjutkan aktifitas membacanya. "Aish!!" Ayana menghentak-hentakkan kakinya berjalan kearah dapur yang mengundang tawa geli diwajah Lian.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN