4 - Start Thinking of You

991 Kata
Tif mengendap-endap memasuki rumah kakaknya dengan kunci cadangan yang ia minta tempo hari. Untung saja dia masih ingat untuk meminta kunci itu. Kalau tidak, Tif tidak akan bisa masuk tanpa diinterogasi Em. Tif baru sampai di rumah pukul 3 malam. Gara-gara laki-laki sialan itu menahannya disana karena Tif tidak mau diajak ke apartemen Regan. Beruntung Tif berhasil kabur sesaat setelah Regan memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Walaupun Tif harus berlari keluar dari ruangan itu dengan penampilan yang agak berantakan. Namun, dia yakin tidak ada yang masih sadar pada jam semalam itu. Semua orang sudah terlalu larut pada alkohol. Regan memang tidak memaksa Tif dengan kasar, tetapi pria itu tahu cara untuk tetap membuat Tif berada disana dengan baik. Memikirkan itu, Tif jadi menggidik sendiri. Ia melanjutkan perjalanannya menuju kamar paling ujung yang ia tempati masih dengan berjalan secara jingjit. Namun, tepat sebelum ia hendak memutar kenop pintu, pintu sebelah kamarnya terbuka. Em muncul dengan mata masih mengantuk dan jelas terlihat ia telah tertidur sebelumnya. Sambil menguap dan menyipitkan mata ke arah jam dinding yang terletak di ruangan tengah ia bertanya pada Tif, "Tif lo dari mana sih, jam segini baru pulang?" "Eh, lo belum tidur, Kak?" Tanya Tif basa-basi untuk mengalihkan pembicaraan. "Menurut lo aja gimana," jawab Em menggerutu lalu melanjutkan "dari bar ya?" mata Em menelusuri pakaian yang adiknya kenakan. Itu pakaiannya yang Tif pinjam untuk alasan ingin melakukan blind date. Tif tersenyum cengengesan saat melihat Em menggelengkan kepalanya. "Tadi pas abis ketemuan diajak minum dikit bentaran." "Terus lo ONS sama dia?" tuding Em. Mata Tif membulat karena kaget dengan pertanyaan kakaknya itu. "Kok lo tau?" Perasaan Tif ia sudah membenahi dirinya saat perjalanan ke rumah di dalam taksi tadi. "Keliatan kali, muka lo masih nge-fly. Lo tuh kapan sih bisa berhenti ngelakuin hal aneh-aneh kayak gitu. Ga sehat tau!" "Kesannya kayak gue ONSan tiap malem ya, sistur." Bantahnya. Tif memang terlalu bebas jika di banding kakaknya. Wajar saja, ia lama tinggal di luar negeri. Sedangkan Em sejak kecil tinggal di Indonesia. Itu sebabnya, dia tidak keberatan mendekati Regan dengan cara seperti itu demi rencananya melakukan pembalasan dendam pada Gilang. "Ya udah, sana tidur lagi. Good night, Em." Ucapnya menyudahi percakapan yang akan berujung adu mulut jika tidak disudahi. Setelah mengecup pipi Em sebagai tanda perpisahan, ia pun memasuki kamarnya dan melempar semua barang bawaannya. Yang mana hanya tas dan sepatu strap heelsnya yang sudah ia lepas sebelum memasuki rumah. Tif masih tidak ingin menghapus jejak pria itu dari tubuhnya. Ia langsung memejamkan matanya setelah membaringkan tubuh di atas ranjang queen sizenya itu. Apapun hasil dari perbuatan nekadnya malam itu akan ia pikirkan besok setelah otaknya kembali berfungsi dengan baik. >>> Sudah tiga hari sejak kejadian Regan meniduri wanita asing itu di kelab milik temannya. Hingga saat ini ia masih bisa bertahan walaupun di malam hari terkadang Regan masih memikirkan tubuh wanita itu dan membayangkan sensasi saat berada di dalamnya. Sejauh ini ia bisa berpikir jernih dan menahan diri agar ia tidak memaksa HRD untuk memeriksa berkas lamaran yang masuk atas nama Tif, wanita yang ia tiduri di malam sabtu lalu. Saat kemarin ia menceritakan tentang hal ini pada temannya, mereka menyarankan Regan mencari pelampiasan dan pengganti wanita itu. Namun, membayangkannya saja Regan tidak mau. Dia tidak mau menghabiskan malam dengan wanita lain. Ia hanya ingin Tif. Tanpa sadar kakinya sudah melangkah ke ruangan HRD. "Vinka, tolong beri saya berkas semua lamaran yang masuk sejak minggu lalu. Kirim ke ruangan saya segera." + Setelah sekitar 15 menit menunggu akhirnya staff HRD suruhan Vinka datang membawa setumpuk berkas di dalam amplop cokelat. Regan menghela napas saat melihatnya dan memikirkan ia harus menyortir semua ini sendirian. Sebenarnya bisa saja ia menyuruh bawahannya untuk memilihkan berkas hanya atas nama Tif namun semua orang pasti akan menyebarkan gosip ke seluruh penjuru kantor. Butuh waktu sekitar satu jam untuk memeriksa sekuruh dokumen CV itu hingga ia berhasil menemukan nama Tif diantara sekitar 200 lebih lembaran kertas berisi riwayat hidup pelamar kerja itu. Ia menghela napas lega saat menemukan CV atas nama Tiffany Soedirjo dengan potret cantik milik wanita yang selama beberapa hari belakangan ini ia rindukan. Vinka hingga terheran-heran saat ia dipanggil ke ruangan itu. "Jadwalkan wawancara segera dengan kandidat yang telah saya pilih. Saya ingin posisi yang sedang kosong itu terisi secepatnya agar pekerjaan divisi brand kembali seimbang seperti sebelumnya." Perintah Regan pada manager HRDnya itu, sambil memberikan satu dokumen untuk Vinka tindak lanjuti. Seorang pria masuk tepat setelah Vinka keluar, tanpa mengetuk pintu pria itu berjalan menuju meja dan duduk di hadapan Regan sambil memberikan segelas kopi yang dipesan sebelum ia datang kesini. "Lo harus cabut ke Malaysia besok buat follow up investment kita." Ucap Gilang pada Regan. Regan menaikan alisnya sambil berpikir sejenak. Mungkin ada baiknya jika Gilang saja yang pergi mengingat besok Vinka akan menjadwalkan wawancara dengan Tif. Dia tahu itu terdengar tidak profesional namun ia tidak peduli. Sekali saja, ia ingin mengesampingkan pekerjaan demi egonya. "Bisa gantiin gue?" Tanya Regan pada sahabat lamanya itu. Sebenarnya Regan tidak pernah menganggap Gilang sebagai sahabatnya namun mengingat tidak ada teman yang lebih lama bertahan daripada Gilang maka Regan pun membiasakan diri menyebut pria itu sebagai sahabatnya. Belum lagi Gilang memang sudah menjadi partner Regan selama empat tahun belakangan. Membantunya membangun bisnis startup ini dari awal bersama. Gilang mengangguk menanggapi pertanyaan partnernya itu. "Ngga bisa bro, besok malemnya gue ada acara sama Chelsea." Regan menggelengkan kepalanya mendengar itu. Ia tahu bahwa temannya sedang menjalin hubungan asmara dengan desainer yang sedang naik daun itu. Yang ia tidak tahu adalah sejak kapan mereka berhubungan, entah itu setelah pernikahan Gilang batal atau mungkin memang sudah terjalin sejak dulu. Namun, Regan memang tidak pernah mencampuri urusan pribadi temannya itu. Itu pula yang ia harapkan untuk dirinya. Ia tidak ingin siapapun mencampuri urusannya. Mungkin tidak apa-apa jika besok ia harus terbang ke Malaysia yang penting ia akan berada di sini saat wanita itu bekerja untuk pertama kalinya di perusahaan yang telah ia pimpin selama empat tahun ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN