“Ga, aku boleh minta tolong? Please!” Suara Shindya menyentak indera pendengaran Dirga saat baru saja ia menapaki area parkiran kantor, hendak pulang seusai semua pekerjaannya—untuk hari ini--rampung. Dirga menangkat panggilan itu saat keluar dari dalam lift. “Minta tolong apa?” tanya Dirga. “Anakku sakit, Ga.” Jawaban Shindya membuat Dirga menatap layar ponsel dengan sorot mata penuh tanda tanya. “Heh, kamu, kan dokter, Shin. Kenapa malah minta tolong aku? Aneh! Ngelindur, ya?” “Demamnya tinggi banget. Mana di rumah lagi gak ada siapa-siapa. Ayo, dong, Ga. Anter aku ke rumah sakit. Aku gak ada kendaraan di rumah. Jam segini naik kendaraan umum juga ….” Dirga menilik arloji pada pergelangan tangannya ketika Shindya menggantung kalimat. Sudah hampir pukul 12 tengah malam. Kasihan juga