"Del ... Delia," panggil seseorang saat Delia baru saja turun dari mobil, di halaman parkir. Delia menoleh setelah memberi lambaian tangan pada Mahadirga—suaminya. Sepanjang perjalanan tadi, Delia memang tidak terlalu semangat menimpali ocehan Dirga. Lelaki itu seperti biasa, terlalu banyak bicara. Jika biasanya Delia akan senang mendapati banyak gombalan terlontar dari bibir sang suami, entah kenapa hari ini tidak. Desir rasa takut masih mendominasi. Imbas dari kejadian kemarin, Delia manjadi lebih sensitif. Bibirnya mengatakan baik-baik saja, tetapi hatinya tidak. Ia takut orang-orang akan tahu semuanya. "Kamu tenang saja, sudah mas urus semuanya. Dan yang terpenting kamu mau memaafkan mas sepenuhnya. Mas janji gak akan ngulang ini lagi. Oke! Aku padamu, Sayang." Remasan Dirga pada j