Setelah puas berdiri sambil memandangi gedung pencakar langit di hadapannya, Hardi mengayunkan tungkai. Masuk ke dalam gedung itu untuk menemui sang Ayah. Dilihatnya lalu-lalang karyawan di sana, sibuk dengan tugas dan kegiatan masing-masing. Hardi meminta ijin agar bisa menemui Roy. Untung saja pria itu mau memberinya kesempatan. Keduanya sudah berada dalam satu ruangan yang sama. Hening beberapa saat sampai kemudian Hardi membuka suara. "Apa tawaran Ayah masih berlaku?" ujarnya. Hardi menatap lelaki paruh abad itu dari samping. Roy menghentakkan kaki, kembali duduk di kursi kebesarannya. "Memangnya apa yang bisa kamu lakukan untuk membantuku?" Roy menautkan ke sepuluh jemarinya dengan siku menopang pada meja makan. "Ayah mau aku melakukan apa? Bukankah hanya agar bisa menyaingi B