Pagi-pagi sekali Dirga sudah keluar dari rumah. Semalaman ia tidak bisa tidur. Selain memikirkan siapa kira-kira yang menyebarkan berita kemarin, Dirga juga dibuat bingung sebab Delia terus menangis. Sampai di sebuah rumah sakit, Dirga langsung meminta bertemu dengan dokter Shindya. Kebetulan Shindya baru saja datang dan belum menerima pasien. “Ada apa, Ga. Tumben?” tanya Shindya. Wanita itu menatap bingung sebab Dirga berpakaian layaknya preman. Celana jeans sobek-sobek, jaket bomber hitam ditambah topi dan kacamata. “Terus kamu … kenapa pakaiannya seperti ini?” “Shutt! Kamu ada dengar berita kemarin?” “Yang soal Delia itu?” Shindya yang paham jika Dirga saat ini sedang menyamar, pun mengecilkan volume suaranya. “Iya.” “Kita bicara di kafe?” tawar Shindya. Dirga menggelengkan kep