Tadinya Max mau membawa Jingga ke rumah sakit, tapi dia malah ngotot tidak mau. Alhasil mereka pun balik arah pulang ke apartemen Max, setelah sebelumnya di tengah jalan Nova diminta membeli obat lebih dulu. Muka Jingga masih pucat. Tadi saja masih babak belur setelah duel dengan Max, malah ketambahan kena mental sekaligus tendangan di perutnya yang memang sudah sakit. Mondar-mandir tidak tenang menunggu Jingga yang sedang ke toilet. Max buru-buru menuntunnya lagi setelah melihat gadis itu tertatih keluar dari pintu. “Ke rumah sakit saja, yuk!” bujuk Max lagi, tapi Jingga tetap menggeleng. “Tidak usah. Cuma sakit perut biasa buat perempuan. Besok juga sudah baikan.” Perlahan Jingga duduk di pinggiran tempat tidur. Meringis merasakan perutnya yang tiba-tiba kram. “Arghhh …” erangnya lir