8. Pertemuan Olahraga

1268 Kata
Selang beberapa hari acara pertemuan olahraga akan tiba. Budi Pawelang berlatih setiap hari dan itu membuat wajahnya terlihat kusut. Ketika berangkat latihan Budi pun mengeluh saat ia bertemu dengan Mela dengan wajah sedih. “Latihan ini membuatku merasa hampir mati setiap mulai melakukannya. Semua orang di perusahaan mendaftarkan dirinya. Tidak hanya Manager Cakra, Manager Keano dari departemen pemasaran juga ikut mendaftar.” Ujarnya. Saat membicarakannya, Manager Keano nampak menuruni anak tangga berjalan menuju ke sana. Karena kantor mereka bersebelahan jadi wajar saja kalau Keano muncul di sini. Cakra baru saja selesai merokok, pria itu menyapa Keano, dua pria itu bersandar di pagar pembatas koridor sambil bercakap-cakap bersama. Momen pertemuan dua pria tampan dari perusahaan pusat, Wulan melihat seorang gadis di departemen pemasaran sedang berdiri di sebelahnya. Gadis itu mengambil beberapa jepretan foto Cakra dan Keano. Satu rekannya ikut menyela, “kirimi aku foto mereka setelah kamu selesai mengambil gambar! Manager Cakra dari departemen seleksi sangat tampan!” Gadis satunya menyahut. “Manager Keano juga sangat tampan, temperamennya juga bagus, mereka berdua berbeda, memiliki ketampanan dan ciri khas mereka masing-masing!” “Manager Cakra tubuhnya terlihat bagus. Semua orang memakai kaos sobek yang dikeluarkan perusahaan. Manager Cakra sangat cocok memakai itu!” Timpalnya. “Manager Keano juga tampan!” Tambah gadis lainnya. “Tapi lihatlah, Manager Cakra lebih berisi! Mekipun Manager Keano bertubuh tinggi, tapi dia terlihat lebih kurus.” Satu gadis lainnya muncul, dan Wulan hampir pingsan saat mendengar ucapan dari bibirnya. Gadis itu bersembunyi di bawah topinya. Dia berbisik pada teman-temannya. “Meskipun Manager Keano terlihat kurus tapi dia sangat kuat di ranjang! Aku mendengar saat ada acara di panti. Maka hampir semua orang perusahaan pergi ke panti, Manager Keano pergi dengan istrinya. Karyawan lama menceritakan kalau mereka melakukannya dengan sangat lama malam itu..” Wulan menelan ludahnya sendiri mendengar pernyataan itu. Yang Wulan tidak mengerti bagaimana mereka bisa mengetahuinya saat pasangan melakukan hubungan intim? Gadis tersebut melanjutkan ceritanya, “Karena pada hari itu cuaca sangat panas, semua orang membuka jendela, dan Manager Keano membuat istrinya memekik sampai hampir subuh. Istrinya mengeluh pada Manager Keano, ‘Kenapa tidak selesai-selesai, kenapa bisa begitu lama melakukannya?’ Sejak itu karyawan lama menjulukinya dengan pria kuat!” Mendengar julukan itu, Wulan hampir tersedak. Wulan melirik Keano yang sedang berbicara dengan Cakra tidak jauh dari posisi mereka berdiri. Keano pria bertemperamen lembut, sama sejak dulu. Ketika masuk ke departemen pemasaran Wulan sama sekali tidak menyadarinya. Para gadis masih membicarakannya. Tidak ada yang bertanya lebih lanjut. Mereka bicara sambil tertawa bersama. “Selain julukan itu apakah masih ada hal lain?” “Aku dengar dia sudah lama berpisah dengan istrinya, mereka sepertinya akan segera bercerai..” Mela tersenyum mendengar percakapan para gadis muda di sana, wanita itu berdiri di sebelah Wulan. Dengan santai Mela melirik ke arah Keano. “Yang mereka katakan memang benar, tapi setelah Manager Keano dipromosikan menjadi anggota tim kepemimpinan, beberapa orang tidak lagi membicarakannya.” Ujar Mela pada Wulan. Wulan merasa malu, namun dia melirik kembali ke arah Keano. Mela dan Wulan saling bertukar pandang satu sama lain saat Yasmin berjalan mendekati Cakra lalu memberikan sebotol air untuknya. Terlihat Cakra mengucapkan terimakasih pada Yasmin. Wulan merasa make up yang dipakai Yasmin hari ini lebih cantik dari hari-hari biasanya. “Apa kamu mengira semua orang tidak bisa melihat? Aku terlalu malas untuk membicarakannya. Yasmin berpikir terlalu remeh. Dia ingin mendapatkan Manager Cakra tanpa melakukan sesuatu yang lebih kuat, Yasmin pikir suatu hari nanti Manager Cakra akan mengejar dirinya. Yasmin bukan gadis muda, usianya sudah menginjak dua puluh tujuh tahun tapi dia begitu naif. Apa dia mengira ini serial drama?” Wulan tidak menyahut, gadis itu memilih diam saja. Wulan pun bisa melihat, sejak lama Yasmin memperhatikan Cakra. Bahkan saat Cakra baru tiba di perusahaan, mata Yasmin terus mengikuti setiap langkah dan hampir semua yang Cakra lakukan. Ketika hendak mengantarkan berkas ke dalam ruangan Cakra, Yasmin juga merias wajahnya terlebih dahulu untuk terlihat lebih cantik. Yasmin mungkin berpikir itu hal biasa, dan tidak ada yang tahu pergerakan yang dia lakukan untuk mengambil hati Cakra. Namun kenyataannya semua itu nampak jelas di mata seniornya. Bu Mela langsung mengekspos semuanya dengan gamblang di depan Wulan. Ini juga yang membuat Wulan tidak ingin terlalu banyak melibatkan diri di sekitar Cakra kecuali ada urusan pekerjaan. Jika dirinya yang dulu hanya pegawai sementara lalu terlibat skandal dengan atasannya seperti yang dibicarakan senior Mela, maka reputasinya bisa hancur di kantor, semuanya akan menjadi lebih sulit dan menjadi semakin sulit! Bu Mela tahu betul Wulan tidak akan membicarakan orang di belakang punggung mereka, meskipun Wulan memiliki cara bicara yang keras dan tegas. Wulan gadis sederhana yang memiliki paras yang cantik. Hanya saja Wulan tidak pernah berdandan, jadi Bu Mela lebih suka mengobrol dengan Wulan. Bu Mela kembali berujar. “Tidak mungkin Yasmin bisa mendapatkan Manager Cakra dengan kecerdasannya yang berada di bawah rata-rata, dia bahkan tidak bisa mengambil hati Budi.” “Saya kira Direktur Budi memperlakukan Yasmin cukup baik.” Sahut Wulan. “Hubungan antara pria dan wanita begitu mudah. Tidak ada yang sulit dengan semua itu.” Timpal Mela. Tak lama setelah itu pertemuan olahraga segera dimulai. Wulan melihat betapa meriahnya acara saat itu. Karena ada dua pria tampan dari perusahaan pusat ikut dalam acara. Itu membuat penonton sangat antusias. Nampak Cakra memakai pakaian olahraga warna hitam sementara Keano memakai warna putih. Dua pria itu melakukan pemanasan di arena. Dalam hati Wulan berkata. “Bisakah kamu memenangkannya?” Ucapan tersebut dia tujukan untuk Cakra. Setelah hasil kompetisi keluar, Cakra-siaga yang selalu suka berlari menjadi pemenangnya. Sementara Keano menduduki juara ke dua. Dari garis finish dua pria itu bergandengan saling memeluk bahu satu sama lain. Mereka berjalan menuju ke stand departemen. Saat mereka tiba semua orang berteriak dan bersorak dengan keras. Cakra tertawa renyah. Wulan melihat Cakra, dia merasa Cakra sangat jarang tertawa lepas seperti itu saat sedang berada di perusahaan. Karena terlalu lama duduk pinggang Wulan terasa pegal, wulan turun dari kursinya dan pergi ke kamar mandi. Tanpa sengaja Wulan bertemu dengan Cakra lantaran Cakra sedang merokok di luar pintu kamar mandi. Sikap Cakra terlihat begitu tenang. Rokok menyala di antara jemari tangannya yang lurus dan panjang lalu dia hisap perlahan. Wulan merasa Cakra terlihat tampan saat sedang merokok. Cakra juga menatap ke arah Wulan, pria itu tersenyum lalu memegang sudut bibirnya, Cakra melambaikan rokok di tangannya untuk menyapa Wulan. Wulan merasa sikap Cakra tidak profesional sebagai atasan dan seorang bawahan, bagi Wulan itu terlihat lebih mirip seperti preman jalanan. Wulan merasa kesal jadi dia langsung berbalik badan dan masuk ke dalam kamar mandi. Ketika ia keluar Cakra sudah tidak ada lagi di sana. Malah Keano yang sedang berdiri di sana, Keano terlihat berbeda dari Cakra. Keano mengenakan kacamata hingga sorot mata tajamnya tidak terlihat jelas, kulitnya lebih putih dari Cakra. Mendapati Wulan di sana, Keano nampak terkejut lalu segera menyapa dengan bibir tersenyum. “Wulan.” “Manger Keano,” balas Wulan dengan sopan. Wulan ingin segera pergi tapi sepertinya ada beberapa hal yang ingin Keano bicarakan dengannya. Keano melambaikan tangannya. Pria itu memiliki suara yang jernih dan merdu, pria itu juga pandai mengendalikan dirinya. “Sudah lama aku tidak melihatmu lagi, sejak kamu dipindahkan dari departemen. Sulit untuk bertemu.” Wulan segera menyahut. “Setelah dipindahkan, saya selalu lembur, dan saya terlalu sibuk.” Keano menganggukkan kepalanya. “Aku dengar kamu dipromosikan?” Wulan menjawabnya, “Ya, saya dipromosikan menjadi direktur industri.” Keano memberikan selamat padanya, Wulan berterimakasih. Keano menatap ke arah pakaian Wulan yang longgar dan tebal. Keano nampak hendak mengatakan sesuatu tapi tidak jadi, pria itu berpamitan padanya lalu pergi mendahuluinya begitu saja. Wulan menunggu beberapa menit untuk kembali ke kursinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN