Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“ Kenapa kamu Jen, Kok mendadak matamu berkabut? Kamu menangis?” Tanya dokter Evie menatapku dengan keheranan. Aku menghela nafas panjang, masih tetap mencoba menghalau semua galau dan perasaan bersalahku padanya. “ Ayo Jen. Ada apa? Kamu nggak senang praktek bersamaku, hari ini?” “ Senang dok, aku senang sekali, sampai tidak bisa berkata-kata. Aku merasa mendapat pencapaian luar biasa hari ini. Tapi… Tapi.. “ Kataku ragu, apakah harus jujur mengungkapkan perasaanku pada Evie? “ Iya , tapi apa?” Tanya Evie dengan nada penuh ketidak sabaran Aku kembali menghela nafas, memandang wajah dokter Evie yang tetap memandangku dengan kebingungan. “ Aku… Aku… Aku merasa bersalah pada anda. Aku merasa berbahagia di atas penderitaan anda. Aku merasa tidak pantas untuk semua ini.” Kataku te

