Eps. 13 Bersiaplah Aku Akan Mengejarnya!

1363 Kata
Libra sampai mengepalkan tangannya erat di bawah sana melihat apa yang dibicarakan Damar. Bisa-bisanya pria itu bicara begitu mudahnya memojokkan dirinya, merendahkannya sampai ke dasar nista. Bagaimana dia bisa berkata dirinya bermain api dengan pria lain di belakangnya? Ini sama sekali tidak benar. Ini salah! Salah besar! Bila saja Damar ada di depannya, pasti dia akan menampar, mencakar ataupun memukul pria itu sampai puas. Sayang, yang dia lihat hanya berita dan ini tentunya lebih parah lagi efeknya. Pasti bila sudah tayang seperti ini banyak yang menyaksikan. Dan pastinya image-nya sudah rusak sekarang. Publik pasti lebih memercayai Damar daripada dirinya. "Salah kamu bilang? Lalu seperti apa kebenarannya?" cecar seorang model menuntut penjelasan. "Damar ... dia memberikan informasi palsu. Semuanya tidak seperti yang dia ucapkan. Aku tak pernah bermain di belakangnya dengan seorang pria." "Lantas bila itu tidak benar kenapa Pak Damar bersaksi begitu?" Libra mereguk saliva dengan berat. Lidahnya tercekat seketika seperti dirantai kala dia mau mengungkap kebenaran yang ada. Kebenaran yang menyatakan dirinya tidak selingkuh, tapi ada seseorang yang telah menodai dirinya. Sulit sekali untuk menyampaikan cerita yang merupakan aibnya sendiri. "Kamu tahu Damar seperti apa? Bila dia tak suka dengan seseorang maka dengan berbagai cara dia akan menjatuhkan orang itu." "Memang siapa yang dibenci Pak Damar?" Lagi, pertanyaan dari rekannya ini mampu mengunci lidah Libra untuk kesekian kali. Yang dimaksud adalah Virgo. Damar benci sekali dengan adiknya itu. Bukan karena masalah baru saja terjadi tapi Jauh sebelum itu hubungan kakak beradik ini tidak pernah akur, Libra tahu itu. Dia juga tahu status Virgo seperti apa di keluarga Hadiguna. "Ada, seseorang," jawab Libra. "Apakah seseorang yang kamu maksud itu adalah pihak ketiga? Pria yang menusuk dari belakang denganmu?" Mata Libra membelalak, terjebak dengan perkataannya sendiri tanpa sadar. "Bukan, tentu saja bukan. Aku tidak sedang menjalin hubungan dengan pria manapun," jawabnya tegas. "Libra ... kamu terus mengingkari padahal Pak Damar berkata demikian. Kita sebagai sesama model jelas tahu seperti apa dunia kita. Dekat dengan banyak pria itu sudah biasa. Kamu tak perlu malu. Sebagai rekanmu, aku turut prihatin saja dengan kejadian ini." Libra tak tahu harus merespons bagaimana. Bila dia menyangkal mungkin akan semakin menguatkan premis temannya itu. Tapi bila diam saja juga akan menunjukkan artinya benar. Menjawab ataupun tidak hasilnya sama saja. "Ya, hanya saja kamu melepaskan intan dengan melepas Pak Damar," sahut yang lain. "Lib, dengan kandasnya hubunganmu dengan Pak Damar maka artinya Pak Damar free sekarang. Jujur saja, aku sudah lama mengagumi dia. Maka sekarang bila aku mendekatinya tak masalah, bukan?" Seorang model terang-terangan bicara. Libra hanya terperangah syok mendengar pernyataan temannya ini. Bisa-bisanya Nelly, temannya ini bersuka ria di atas kepedihannya. Belum juga kering lukanya, wanita itu sudah berani menyatakan perang dengannya. Nelly selama ini adalah rival Libra. Kerap terjadi persaingan di antara mereka berdua selama mengejar karir ini. Libra sebenarnya tak menganggap rekannya ini sebagai rival tapi wanita itu terlebih dulu yang mendeklarasikan mereka berdua adalah Rival dan akan bersaing secara sehat dalam pencapaian prestasi. *** Di ruang make up. Sesi pemotretan usai. Libra kini duduk di kursi, menghempas tubuhnya yang terasa berat. Dia masih kepikiran pada apa kata Nelly tadi. Wanita itu dengan gamblangnya menyatakan dirinya akan mendekati Damar tanpa malu-malu lagi. Jujur, hatinya bagai dicubit mendengarnya. Damar masih ada di hatinya sampai sekarang. Ada rasa tak rela bila ada seseorang yang lain ingin memiliki pria itu meski dia sendiri sudah tak bisa memiliki Damar lagi. Pikiran Libra melayang-layang saat ini. Isi pikirannya penuh dengan berbagai masalah sekarang yang terpampang nyata di depannya. Rasanya sesak kian menghimpit dadanya saja. Masalah terus berdatangan tanpa henti. Sebuah tangan menepuk lembut bahu wanita hingga membuatnya tersentak. "Cindy kamu rupanya aku pikir siapa ..." "Lib, ini masalah serius." Wajah manajer Libra ini tertekuk sempurna. Libra yang sudah kembali dari kesadarannya memutar posisi duduk berhadapan dengan Cindy agar bisa leluasa bicara. "Masalah apa?" "Berita di luar sana tentang pernikahanmu dengan Pak Damar sudah menyebar dengan cukup cepat. Dan perlu kamu ketahui berita itu merusak imagemu. Kamu tahu seperti apa sekarang imagemu di luar sana? Coba lihat ini." Cindy kemudian mengeluarkan sebuah tab, menggesernya ke pangkuan Libra. Ia menunjukkan akun fans de Libra. Akun itu sebenarnya merupakan akun sosial media milik Libra yang dikhususkan untuk menaungi jutaan fansnya. Akun itu Cindy yang memegang, namun seringnya Libra yang mengecek juga membalas komentar mereka untuk dirinya. Hanya saja bila sibuk, semua tugas itu tetap dihandle oleh Cindy. [Model favoritku Libra tak mungkin dia punya skandal besar dengan pria lain. Meski yang lain bilang kamu wanita jalang murahan, tapi aku tetap percaya padamu. Aku percaya berita perceraian ini tidak benar dan aku masih menunggu konfirmasi darimu mengenai berita itu bukan dari satu pihak saja] Libra merasa tersentuh mendengar caption tersebut. Fans masih peduli dan menaruh kepercayaan padanya. Lalu dia menggulir komentar lain di sana. Ekspresinya berubah seketika setelah membacanya. [Libra selama ini aku selalu mengagumi dirimu. Tapi rupanya kamu punya affair dengan pria lain di sana. Kamu adalah pasangan yang serasi dengan Pak Damar. Aku tak menyangka saja kamu berkhianat. Sekarang aku tidak mengagumimu lagi] Libra kembali menggulir komentar lainnya. Isinya lebih parah dari yang barusan dia baca. Banyak hujatan, cacian dan makian untuknya. [Libra, kamu pengecut. Kamu hanya bersembunyi saja dari berita yang semakin gencar mengekspos dirimu sekarang. Ini menandakan bila kamu benar ada affair dengan pria lain. Aku sudah tak simpatik lagi padamu] Hatinya Libra berdesir membaca komentar yang menghakimi dirinya tersebut tanpa tahu masalah yang sebenarnya. Lanjut dia membaca komentar lainnya yang lebih pedas lagi dari komentar-komentar di atas. [Libra aku baru tahu kini. Di balik wajah cantikmu yang bersinar seperti Venus ini ternyata ada monster dibaliknya. Kamu bukan wanita tipe setia dan matre. Kalau kamu hanya ingin mencari materi yang besar dengan berpaling ke pria lain, kenapa kamu harus menyakiti Pak Damar?] Libra sampai meremas tab tangannya. Tab itu tiba-tiba saja terasa berat sekali berada di tangan dan hampir jatuh dari genggamannya. Ia tak menyangka saja efek dari pengakuan Damar begini besar. Netizen yang biasa membela dan menjadi fansnya kini berbalik bagai musuh baginya, menghakimi dengan hujatan kritis begini. Rasanya ia tak kuat lagi bila harus membaca komentar lainnya sampai bawah. Tubuhnya sudah bergoncang hebat sekarang. "Kamu lihat sendiri, 'kan seperti apa sekarang mereka padamu? Mereka awalnya memuja dirimu dengan cepat berbelok, memaki serta menghujatmu. Bila terus dibiarkan seperti ini akan semakin banyak komentar pedas di luar sana bertebaran. Aku tidak tahu lagi akan seperti apa imagemu nanti. Semua tak bisa dikendalikan. Sebelum semuanya tak terkendali maka ada baiknya kamu melakukan konferensi pers untuk menyanggahnya untuk memperbaiki citramu," jelas Cindy panjang lebar. Citra? Itu memang penting untuk saat ini bagi Libra. Tapi bila memperbaiki Citra dia harus mengungkap fakta yang nantinya juga bisa lebih membawanya jatuh ke dalam jurang tak berdasar. Bisakah dia melakukannya? Bisakah dia mengungkapkan apa yang dilakukan Virgo padanya? Masalahnya tidak sesimpel itu. Libra tak mungkin bisa membeberkan aibnya sendiri pada semua. Tak ada yang bisa melindungi dia selain dirinya sendiri. "Cindy ... aku tak tahu bagaimana menjelaskan semuanya. Kamu tidak tahu apa yang ku alami. Ini tidak semudah itu mengungkap semua." Libra tertunduk dan menggigit bibir bawah. Cindy mulai menyadari bila ada sesuatu yang penting sekali dalam masalah ini. Dan melihat dari ekspresi terpukul Libra, pasti masalahnya tidak sederhana meski inti masalahnya apa belum diungkap sampai sekarang. Manajer Libra ini tidak tahu pasti kenapa sampai sekarang Libra belum juga membeberkan masalah. Sebenarnya minimal pada dirinya sebelum membuka jumpa pers. "Lib, coba kamu katakan masalahnya padaku dengan jujur mungkin kita bisa cari solusi bersama untuk masalah ini. Kamu tidak sendiri. Ada aku di sini yang akan selalu membantumu apapun kesulitannya, aku tetap berada di pihakmu." Cindy kembali menyentuh lembut bahu Libra untuk menerangkan sekaligus memberikan spirit padanya. Libra kemudian menundukkan kepala menatap lurus Cindy. Baginya Cindy selama ini tak sekadar manajer saja, tapi sudah seperti sahabatnya. Dia kerap kali berbagi suka dan duka dengan manajernya ini. Mungkin ada baiknya bila jujur pada Cindy. "Cindy, aku akan beritahu kamu yang sebenarnya tapi hanya kamu yang akan tahu ini. Aku takkan menyebarkan berita ini pada publik. Aku juga tak ingin kamu membeberkannya. Masalah inti dari pernikahanku dengan Damar bukan karena aku berselingkuh dengan seorang pria, tapi di malam pertama ada seorang pria yang menodaiku. " "Apa?" Cindy tersentak ketika mendengar cerita Libra.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN