Semenjak perseteruannya bersama Imelda hari itu, Raka dan ibunya tidak berkomunikasi lagi. Sebenarnya Raka tidak merasa nyaman harus seperti ini. Tetapi apa boleh buat? Tidak ada dari mereka yang mau mengalah. “Pa, gimana kabar Mama?” Raka bertanya pada ayahnya. Sedari tadi pria itu terus berada di ruangan kantor sang Ayah. Pikirannya terganggu dan tidak bisa fokus bekerja. “Mama kamu baik. Hanya saja sedikit murung dari biasanya.” Pak Farhan menjawab tanpa menatap Raka. Matanya fokus memeriksa berkas lalu membubuhi tanda tangan di atasnya. Raka menghela napas berat sembari tangannya terus memijat pelipisnya dengan pelan. Sudah tentu Imelda akan murung karena bertengkar dengan Raka yang merupakan putra satu-satunya setelah Rama meninggal dunia. Tetapi, egonya masih besar. Imelda tidak m