18 - Parah Hati

1546 Kata
Kedekatan antara Lucas dan Ayu makin lama makin nempel. Di mana ada Ayu, di situ pasti ada Lucas dan sebaliknya. Seperti sekarang, Ayu yang diminta oleh Lucas untuk menemani lelaki itu untuk pergi kondangan ke nikahan teman kerjanya. Ayu tampil cantik, tentu saja atas bantuan Katty. Karena baik Shinta atau Ayu tak ada yang bisa dandan. Beruntungnya Katty mau mendandani Ayu dan menyulap gadis itu menjadi makin cantik. "Astaga, besok-besok buka salon juga, Tan," kata Ayu sambil menatap pantulan dirinya dari cermin. "Ah kamu bisa aja." Katty tersenyum malu. "Lha, beneran, lho. Ini make-up nya bagus banget, Tan!" seru Ayu penuh semangat. Katty tersenyum, wanita itu tertunduk. "Anggap saja ini sebagai bayaran, karena kamu udah mau jadi temannya Kai," lirih Katty. "Ya?" Ayu terkejut. "Baru kali ini tante liat Kai main sama orang lain, tertawa dan tersenyum dengan begitu bebasnya." Katty tersenyum lembut. "Sebelum kenal sama kamu, Kai jarang banget malah ga pernah main. Diem di rumah, main game dan baca komik terus. Tapi, semenjak Kai berteman sama kamu, dia jadi lebih riang dan sering tersenyum," imbuhnya. Ayu jadi merasa tak enak, karena setelah pertikaian pada malam di mana Ayu pulang kencan dengan Lucas, hubungan di antara keduanya sudah tidak terlalu dekat. Ayu yang menuruti permintaan Lucas, yang menyuruhnya untuk tidak dekat-dekat dengan Kai, dan Kai yang menjaga jarak dengan Ayu karena gadis itu yang memasangnya. Sejujurnya Ayu pun agak gimana gitu, ngga bisa ketawa-ketawa dan bercanda lagi dengan Kai seperti biasanya. Tapi mau bagaimana lagi, kan? Dari pada Lucas marah, mending cari aman aja. "Iya, Tante." Ayu hanya mengangguk. "Terimakasih, sudah mau berteman dan selalu ada untuk Kai," kata Katty lembut. Hati Ayu seketika mencelos. Selalu ada untuk Kai? Ah, bagaimana, ya? Jika akhir-akhir ini dia selalu mengabaikan Kai. Padahal sikap lelaki itu masih seperti biasa, nyebelin dan petikilan. Tapi, Ayu selalu membangun tembok di antara keduanya. Tembok yang amat sangat tinggi, sampai-sampai Ayu sendiri tak bisa menggapainya. "Ya udah, sana pergi. Nanti Lucas marah lagi gara-gara dandan nya kelamaan," ujar Katty sambil mendorong Ayu keluar dari dalam kamar miliknya. Saat Ayu keluar dari dalam kamar Katty, Kai tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Lelaki itu terlihat acuh tak acuh, padahal saat itu Ayu tengah menatap dirinya. "Ya udah Tante, aku pergi dulu, ya. Makasih," ucap Ayu sebelum pergi. "Iya, hati-hati di - " "Ayu," panggil Kai, memotong perkataan bundanya, Katty. "Apapun yang terjadi di sana nanti, gue harap Lo nggak cengeng, ya," imbuh Kai tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Hah? Maksudnya apa, Kai?" tanya Ayu tak mengerti. "Bisa jadi nanti di sana, terjadi sesuatu yang nggak terduga. Gue harap, Lo nggak mewek. Kasian, bunda gue udah dandanin Lo tapi kalo Lo malah mewek kan nanti make-up nya luntur." Ayu menatap Kai tak mengerti, kenapa lelaki itu berbicara seperti itu? Ada apa? Memangnya apa yang akan terjadi nanti? "Iya, tenang aja. Gue nggak akan mewek, kok," kata Ayu penuh percaya diri. "Ya udah, gue harap Lo nggak ngibul. Ya udah, sana pergi," kata Kai sambil menggoyangkan tangannya memberi isyarat pergi pada Ayu. Tak ingin ambil pusing, Ayu pun bergegas keluar dari dalam rumah Kai. Di depan rumahnya, mobil milik Lucas sudah terparkir dengan rapih. Dan lelaki itu tak ada di sana, sepertinya Ayu tau di mana Lucas berada. Benar saja, Lucas tengah mengobrol dengan Shinta di dalam rumahnya. Keduanya terlihat sangat dekat, dan hal ini justru membuat hati Ayu seketika menghangat. Bayangan akan pernikahan yang sebelumnya tak pernah ada di dalam benaknya. Kini justru ada. Kalau dia menikah dengan Lucas, mungkin bundanya tidak akan kesepian karena kehadiran Lucas di dalam rumah mereka. "Lho, kamu udah kelar dandan?" tanya Shinta saat melihat anak gadisnya justru berdiri di ambang pintu. "Udah, Bun." "Ya udah sini masuk. Pamali, anak gadis jangan berdiri di ambang pintu, nanti susah dapat jodoh," omel Shinta. "Itu mah cuma mitos, Bun." "Kamu kalo di bilangin jangan ngeyel, Ayu." "Iya deh iya." Ayu pun masuk, dan duduk di samping bunda nya. Tak lama setelah itu, keduanya pun bergegas pergi karena takut hujan duluan. Kebetulan, saat itu sedang musim penghujan. Hampir setiap sore diguyur hujan, dan mereka tidak ingin jika perjalanan mereka ditemani oleh rintik hujan. "Siapa yang nikahannya, A?" tanya Ayu penasaran. "Temen kerja aku, Vera, Yu," kata Lucas sambil terus melajukan mobilnya. Sudah hampir satu bulan sejak pengakuan Lucas, hubungan keduanya masih baik. Tak ada yang membahas status di antara keduanya, baik Ayu maupun Lucas, mereka sudah merasa cukup akan hubungan ini. "Kamu sibuk, ya?" tanya Lucas karena Ayu sedari tadi menatap ponselnya terus. "Ah, nggak, A. Ini lagi baca email dari editor," tutur Ayu sambil kembali memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. "Oh, begitu?" "Iya." Keduanya pun tiba di rumah mempelai wanita. Ayu dan Lucas turun, keduanya pun berjalan beriringan menuju ke dalam di mana pengantin tengah duduk di singgasana mereka. "Wah, Pak ketua tim datang juga, ya?" tanya salah satu lelaki yang ada di sana. "Iya, malu atuh kalo nggak dateng," kata Lucas sambil terkekeh. Ayu hanya berada di samping Lucas dengan tenang. Alunan musik mengalun dengan cukup keras, sampai-sampai hampir saja membuat gendang telinga Ayu pecah. Karena kebetulan Ayu dan Lucas tepat di samping sound system. Jedag-jedug, udah macam kayak di klub. "Dia siapa?" tanya salah satu teman Lucas sambil melihat ke arah Ayu. "Apa?" tanya Lucas karena tak terdengar. "Dia siapa?" ulang pria tersebut. "Ah, dia temen aku," tutur Lucas. Meski musik yang mengalun dengan cukup kencang, anehnya Ayu masih mendengar dengan jelas jawaban yang Lucas berikan atas pertanyaan dari temannya itu. Teman? Jadi, selama ini Lucas hanya menganggap dirinya hanya sebagai teman? "Ayu!" Lamunan Ayu terhenti, kala Lucas menepuk pundaknya beberapa kali. "Y - ya?" "Kita salaman dulu sama pengantinnya, ya," ajak Lucas sambil menggenggam tangan Ayu. Ayu menatap tangannya yang sedang di genggam oleh Lucas. Kalau mereka hanya berteman, kenapa harus sampai gandengan tangan segala? Kenapa hanya dia satu-satunya, yang berharap lebih pada hubungan mereka? Karena melamun, Ayu tak sadar kalau dia sudah berdiri di depan pengantin. "Wah, pak ketua datang juga, nih!" ujar pengantin wanita dengan penuh semangat. "Iya, dong. Malu aku kalo nggak datang," kata Lucas sambil terkekeh. "Kemajuan pesat, nih, ke kondangan bawa gandengan," ucap pengantin wanita itu sambil melihat ke arah Ayu yang terlihat cantik dengan rambut yang ia gerai. "Ah, dia cuma temen, kok," kata Lucas sambil tersenyum. Sekali lagi hati Ayu merasa sakit. Awalnya Ayu kira kalau dia salah deng, tentang Lucas yang mengenalkan dirinya sebagai temannya Lucas. Tapi, semuanya benar-benar nyata saat telinganya sekali lagi mendengar pengakuan dari Lucas, kalau dia hanya sebatas teman tidak lebih. Setelah bersalaman dengan pengantin, foto-foto dan memberikan amplop, keduanya langsung turun dan menuju meja prasmanan. Saat mereka sedang mengantri mengambil makan, seorang wanita menghampiri Lucas dan bergelayut manja pada lengan lelaki itu. Tapi dengan cepat Lucas menarik tangannya. Ayu yang berada tepat di belakang Lucas tentu saja melihat kejadian itu dengan sangat jelas. "A, kata ayah main ke rumah katanya. Kita mau pilih dekorasi buat nanti," ucap wanita itu sambil kembali bergelayut manja pada lengan Lucas. Mata Ayu membulat, kala mendengar perkataan wanita itu. Dekorasi? Untuk apa? Acara pertunangan, kah? Atau ... pernikahan? Nggak mungkin sunatan, kan? Siapa? Siapa sebenarnya wanita itu? Pertanyaan Ayu justru tak keluar, hanya tertahan pada kerongkongan nya. Rasanya, dia tak punya hak untuk bertanya akan identitas wanita itu. "A, siapa wanita yang di belakang Aa?" tanya wanita itu sambil menatap ke arah Ayu. "Dari tadi liatin kita terus.' Lucas menoleh ke arah belakang, dia lupa kalau ada Ayu di belakangnya. Lelaki itu terdiam sejenak, sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari dalam mulutnya dan mampu membuat memporak-porandakan hati Ayu, menghancurkannya dengan tanpa sisa. "Ah, dia Ayu, temen yang aku ajak buat nemenin aku ke sini," kata Lucas sambil menatap Ayu yang hanya menunduk dari tadi. "Ah, temen Aa, ya? Harusnya bilang, dong, " kata wanita itu. "Aku Erina, tunangannya A Lucas," imbuh wanita itu. "Iya, kenalin dia Erina, Yu." Lucas mengenalkan Erina pada Ayu. "Dia ... tunangan aku," imbuh Lucas sambil tertunduk, tak berani menatap Ayu. Ayu yang sedari tadi hanya tertunduk, kemudian mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Ah, aku Ayunda Melewati, temannya A Lucas," kata Ayu sambil tersenyum. "Kalau begitu aku permisi sebentar, ya. Ini HP dari tadi geter terus," imbuh Ayu sambil pamit undur diri. Ayu bergegas pergi dari dari area hajatan, berjalan dengan cepat dan pergi sejauh mungkin yang ia bisa. Sialnyaa, hujan turun dengan tiba-tiba. Memang sejak mereka berangkat, langit sudah mendung. Tapi, Ayu kira hujan tidak akan turun secepat ini. Tangis Ayu pecah, di bawah guyuran hujan. Beruntungnya jalannya memang di daerah pedesaan, jadi tak banyak orang yang berlalu lalang. Sampai akhirnya sebuah deru sepeda motor perlahan-lahan menghampiri Ayu. "Ayu," panggil seorang lelaki sambil berdiri tepat di belakang wanita yang tengah memakai kebaya berwarna baby blue. Ayu menoleh ke belakang, dan seorang lelaki tengah berdiri tak jauh darinya. Tubuh lelaki itu sudah basah oleh hujan. "Kai," lirih Ayu sambil menatap lelaki yang sedang berdiri tak jauh darinya. "Padahal gue udah bilang, jangan nangis apapun yang terjadi. Tapi ini apa? Hah?" omel Kau sambil berjalan menghampiri Ayu. "Kan hasil make-up bunda gue jadi luntur begini," imbuh Kai sambil menatap Ayu. "Maafin gue," lirih Ayu sambil kembali menangis. Kai menarik tubuh Ayu, memeluk wanita itu dengan erat. Tangannya menepuk-nepuk punggung Ayu, mencoba menenangkan wanita yang sedang patah hati karena kisah cinta pertama nya tak semulus jalan tol.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN