Setelah menonton, Lucas mengajak Ayu untuk makan malam dulu. Dia cukup bertanggung jawab, dengan mengisi perut Ayu setelah diajak bersenang-senang. Meski kenyataannya Ayu mewek kejer, sih.
"Kamu mau makan apa?" tanya Lucas lembut.
"Apa, ya? Nasi goreng aja kali, ya?"
"Ya terserah."
"Aa mau makan apa?" tanya Ayu penasaran.
"Mau ngikuti kamu aja," kata Lucas jujur.
"Lho, kok begitu?" Ayu bingung sendiri.
"Emangnya kenapa? Ngga boleh?" tanya Lucas penasaran, karena sepertinya Ayu kurang senang saat dia berbicara akan mengikuti apa yang Ayu makan.
"Nggak boleh gitu, lha. Harus punya pendirian. Kalau Aa ngikutin aku makan, terus aku makan upill, Aa mau makan upill juga?" tanya Ayu gemas.
"Iya, mau makan upill juga. Biar samaan kayak kamu," tutur Lucas sambil terkekeh.
"Ih, kesel, deh!"
Ayu jadi menyadari satu hal. Ternyata hidup Lucas nggak flat. Ada sisi nyebelin nya juga, tapi anehnya Ayu nggak marah, malahan seneng. Kok bisa?
Saat mereka sedang berdebat memilih makanan apa yang akan mereka makan nanti, tiba-tiba seseorang menghampiri meja mereka.
"Lho, Lo di sini juga, Yu?" tanya seorang lelaki saat melihat Ayu sedang berunding memilih makan malam yang akan mereka makan dengan Lucas.
"Lha, kepana Lo juga ada di sini?" Alih-alih menjawab pertanyaan lelaki tersebut, Ayu justru tercengang karena kehadiran lelaki itu.
'Lha, ngapain juga si Kai ada di sini?' gumam Ayu gemas.
"Kenapa? Emangnya gue nggak boleh ada di sini? Emangnya ini mall milik nenek moyang Lo apa?"
Tuh, kan? Nyebelin nggak, tuh?
"Kai bukannya tadi ada di rumah Ayu, ya? Tapi, kenapa sekarang ada di sini? Kamu ngikutin kita berdua?" tanya Lucas dengan nada bicara yang lembut.
Tapi tetap saja, perkataan Lucas tak terdengar ada ramah-ramah nya di telinganya Kai. Pemuda itu hanya tersenyum kecut, entah kenapa rasanya dia ingin sekali menonjok wajah Lucas. Tapi, karena apa?
Hal apa yang membuatnya jadi marah dan benci kepada Lucas? Memangnya hal apa yang sudah Lucas lakukan kepadanya? Yang Kai tau, selama dia tinggal di rumah barunya. Lucas adalah orang yang baik, yang suka membantu tanpa pamrih dan sering melakukan hal-hal yang dapat membuat warga-warga senang. Termasuk dirinya. Tapi, kenapa sekarang dia begini?
Kai tak mengerti, kenapa dia seperti ini. Karena, dia baru merasakan perasaan tak suka seperti ini. Padahal, sebelum-sebelumnya dia cukup pandai mengendalikan perasaan. Bahkan di saat dia sedang tak suka pada seseorang, Kai lebih memilih diam dan menghindarinya ketimbang berurusan langsung dengannya. Tapi, sekarang?
"Hah, ngapain juga gue ngikutin kalian?" ucap Kai sambil berkacak pinggang.
"Terus, kenapa kamu ada di sini?" tanya Lucas. "Dari banyaknya tempat, kenapa harus di sini? Di tempat yang sama dengan aku dan Ayu? Jangan bilang nggak sengaja, karena aku yakin semesta tak sebercanda itu mempertemukan kita di sini," cecar Lucas.
Sebagai laki-laki, Lucas mendapatkan sinyal peringatan. Bahwa pemuda yang ada di hadapannya saat ini bisa jadi akan menjadi hambatan dalam kelangsungan hubungannya dengan Ayu.
"Ah, serius, deh." Kai menyugar rambutnya. "Aku ke sini itu diajakin sama ayah, tau!" Kai menunjuk ke arah meja yang tak jauh dari meja mereka.
"Om?" tanya Ayu memastikan kalau penglihatannya tak salah.
"Iya, gue ke sini karena di ajak sama ayah gue. Bukan mau buntutin kalian berdua!" tegas Ayu.
Setelah mengatakan itu, Kai kembali ke mejanya, di mana Yudha sudah menunggunya. Setelah Kai pergi, pesanan mereka berdua datang. Keduanya makan sambil kembali membahas film yang tadi mereka lihat.
"Kamu deket banget sama dia, Yu?" tanya Lucas tak bisa menyembunyikan perasaannya.
"Nggak, A. Aku kan udah bilang, dia aja yang terus datang dan gangguin aku," tutur Ayu kembali menjelaskan. "Dia mah udah biasa keluar masuk rumah aku, bahkan ke kamar juga udah biasa. Sampe numpang tidur siang juga sering dia mah," imbuh Ayu terus terang.
"Apa?" Lucas menatap Ayu tak percaya. Kai, sudah leluasa keluar masuk rumah Ayu? Bahkan, lelaki itu juga suka tidur di kamar miliknya Ayu?
"Kenapa, A?" tanya Ayu penasaran.
"Kata kamu, Kai suka numpang tidur di kamar kamu?" tanya Lucas memastikan.
"Iya, suka tidur di kamar." Ayu mengangguk.
"Tidurnya di ranjang?" tanya Lucas lagi.
"Iya." Ayu mengangguk. "Tidurnya di kasur aku, pake bantal dan guling aku juga."
Lucas terbelalak mendengar pengakuan Ayu.
"K - kalau dia tidur di kamar kamu, terus kamu ngungsi kemana, Yu?x" tanya Lucas dengan perasaan yang tak menentu menunggu jawaban yang akan Ayu berikan. "Ngungsi ke ruang keluarga? Atau ke kamar bunda?"
"Lha, ngapain ngungsi? Itu kan kamar aku, A?" tanya Ayu heran.
"Jadi kamu nggak ngungsi? Dan tetap ada di dalam kamar?"
"Iya." Ayu mengangguk.
Lucas tersenyum kecut, ah entah kenapa rasanya Lucas bahkan ingin menyerah duluan bahkan di saat dia baru berjuang.
"Kenapa, A?" tanya Ayu, karena ekspresi wajah Lucas seketika berubah.
"Yu, boleh aku ngomong?" tanya Lucas, karena dia takut kalau sikapnya saat ini terkesan posesif padahal di antara keduanya tidak ada hubungan apa-apa.
"Boleh, mau ngomong apa?"
"Bisa nggak jangan ajak Kai masuk ke kamar kamu?" tanya Lucas sambil menatap Ayu.
"Kenapa?" Alih-alih menjawab, Ayu justru balik bertanya. Dia tak mengerti, kenapa Lucas melarangnya? Di saat bundanya saja biasa-biasa aja.
"Y - ya, bagaimana pun juga dia kan laki-laki, Yu."
"Ah, jangan khawatir, A. Dia masih bocah bau kencur, kalau dia berani macem-macem tinggal aku sleding aja." Ayu tersenyum bangga, karena dia percaya kalau Kai tidak akan berani macam-macam terhadapnya.
Tangan Lucas terulur, menggenggam tangan Ayu. Gadis itu tentu saja terkejut, karena tiba-tiba tangannya digenggam seperti ini. Ayu bahkan tak pernah membayangkan ini, karena dia tau, kalau perihal Lucas adalah sesuatu yang tak pernah bisa ia gapai. Sudah tau seperti itu, tapi perasaannya justru tetap sama, tak pernah berubah.
"A - a Lucas?" Ayu tergugup.
"Kamu nggak ngerti apa maksud aku, Yu?" tanya Lucas kesal karena gadis yang ada di hadapannya tidak peka.
"Nggak." Ayu menggeleng, karena sejujurnya dia tak ngerti.
"Jangan dekat-dekat sama Kai, karena aku nggak suka liatnya," kata Lucas jujur.
"Kenapa?" Ayu masih tak mengerti. Dia memang penulis novel romantis, tapi dalam kehidupan nyata dia tak memiliki pengalaman. Dia hanyalah gadis rumah, yang doyan baca webtoon, nonton anime, dan menulis novel.
Lucas tersenyum kecut, bagaimana bisa ada wanita yang tak peka di dunia ini? Padahal udah di kode, tapi masih aja nggak ngerti?
"Kamu beneran nggak tau? Atau emang pura-pura nggak tau?" tanya Lucas putus asa.
"Aku emang beneran nggak tau, A. Kalau aku tau, nggak mungkin aku nanya kayak gini, kan?"
"Ah, oke-oke." Lucas mengangguk. "Aku nggak suka liat kamu sama laki-laki lain. Baik itu Kai, atau siapa pun itu, aku nggak suka. Karena .... "
Ayu menunggu Lucas menyelesaikan kalimatnya. "Karena apa?" tanya Ayu penasaran.
"Karena .... " Lucas tertunduk. ".... kamu," lirih Lucas.
"Ya? Apa?"
"Karena aku suka kamu, Ayunda Melawati," tutur Lucas sambil menatap Ayu.
Wajah pemuda itu sudah merah bak kepiting rebus. Ini adalah pengakuan kedua yang ia lakukan selama hidupnya. Lucas benar-benar gugup, dia terlalu takut atas reaksi yang akan Ayu berikan nanti.
Sedangkan Ayu, sibuk mencerna kata-kata yang baru saja keluar dari dalam mulut Lucas. Apa katanya? Lucas menyukai dirinya? Serius? Ini bukan mimpi, kan?
"Aa suka sama aku?" tanya Ayu tak percaya.
"Astaga, iya, aku suka sama kamu, Yu," ulang Lucas dengan wajah yang masih memerah.
Ayu hanya tersenyum, karena baru pertama kali mendapat pengakuan dari seseorang, membuat Ayu bingung. Kira-kira, dia harus bereaksi seperti apa? Apa yang harus dia katakan?
Baik Lucas atau pun Ayu, keduanya sudah merasa puas atas apa yang terjadi dia antara mereka. Ayu puas karena selama ini perasaannya terbalaskan, dan Lucas puas karena Ayu tak mendorongnya jauh.
Kencan mereka berakhir, saat Lucas mengantarkan Ayu sampai depan rumah. Awalnya Lucas akan mengantarkannya sampai depan pintu, tapi dicegah oleh Ayu. Pertemuan mereka berakhir, di mana Lucas melajukan mobilnya dan pulang, sedangkan Ayu membuka pagar rumah.
"Kenapa baru pulang?" tanya seorang lelaki, yang tentu saja mengagetkan Ayu.
"Astaga!" pekik Ayu kaget, karena Kai tiba-tiba saja muncul di belakangnya. "Lo kenapa hobi banget bikin orang kaget, dah?"
"Kenapa Lo baru pulang sekarang?" tanya Kai, tanpa mengganti pertanyaan.
"Lha, ini baru juga jam setengah sepuluh, kan perjanjian sama bunda juga A Lucas bakal mulangin gue di bawah jam sepuluh," jelas Ayu mengingatkan barangkali Kai lupa.
"Jangan deket-deket sama dia, gue punya firasat burukk tentang dia."
"Siapa?" tanya Ayu.
"Lucas, gue punya firasat buruk tentang dia. Jangan deket-deket sama dia," ulang Kai.
"Kenapa?"
"Apa?"
"Kenapa Lo ngelarang gue buat deket-deket sama A Lucas?" tanya Ayu tak mengerti. "Lo siapa ngelarang gue buat jangan deket-deket sama orang? Punya hak apa Lo?" Ayu mulai kehilangan sabarnya, menurutnya prilaku Kai saat ini sudah melewati batas.
"Ayu!" sentak Kai tak percaya karena Ayu akan berbicara begitu.
"Karena gue suka sama A Lucas, jadi jangan larang gue buat jangan deket-deket sama dia," kata Ayu sambil menatap Kai dengan kecewa. "Gue masuk dulu, Kai," imbuh wanita itu sambil meninggalkan Kai yang masih berdiri menatap dirinya hingga hilang di balik pintu.