Episode 47

1899 Kata

Denis benar-benar menulikan pendengarannya. Ia mengabaikan suara hatinya yang ingin sekali berbalik dan menghampiri Nadira. Sebesar apapun ia menahan kemelut hatinya, ia tetaplah manusia biasa. Sejenak Denis menepi di bahu jalan untuk memberi ruang hatinya yang terasa semakin sempit dan mencekik.  Ia keluar dari dalam mobil dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Perlahan ia meraih ponsel dari dalam kantong celana dan mengetikan sesuatu sebelum akhirnya pesan tersebut dikirim pada seseorang.  Sementara itu Nadira masih berada di cafe dan masih diam seribu bahasa meskipun Febian sudah datang dan duduk di hadapannya.  "Butuh tempat untuk menyegarkan pikiran?" Tawar Febian. Nadira tidak menjawab, ia hanya menoleh dan menatap kosong ke arah Febian.  "Aku jamin, kamu pasti suka. Ayo!" Febia

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN