Aleta diam. Napasnya tertahan, dia melihat wajah Danu begitu lekat. Ekspresi Danu tidak bisa dibaca, entah serius, bercanda atau cuma mengetesnya. Yang pasti itu berhasil membuat jantung Aleta hampir lompat. "Bapak bilang apa?" Aleta tidak tuli, jelas tidak. Tapi dia ingin memastikan kembali kalau dia tidak halusinasi. Alis Danu naik. "Jadi pacar saya, tapi putusin dulu pacar kamu." Aleta bengong. "Pacar yang mana?" "Bagas." Makin bengong Aleta, dia layaknya orang yang baru saja sadar dari operasi; bingung di mana dia berada, siapa dia, siapa namanya. Tololnya, Danu masih menganggap serius spekulasinya sendiri, kalau Bagas adalah pacarnya. "Pak, saya sama Bagas—" Kalimat Aleta berhenti ketika dia sibuk menangkap kunci mobil yanh dilempar ke arahnya. Aleta memandangi kunci itu. "B