Udara pagi mulai terasa sejuk ketika Jayne menuntun Ranu dan Kayla memasuki gerbang sekolah. Suasana riang anak-anak yang bercampur dengan aroma rumput yang masih basah karena embun pagi membuat momen itu tampak seperti hari biasa. “Jangan bandel, ya. Nanti Mama jemput sore,” pesan Jayne sambil menunduk dan mencium kening Ranu. Ranu mengangguk mantap. “Iya, Ma.” Jayne kemudian mengusap kepala Kayla, tersenyum lembut. “Semangat belajar, ya, Nak!” Mobil Jayne pun melaju meninggalkan halaman sekolah, sementara Ranu dan Kayla berlari menuju kelas masing-masing. Dari luar, tak ada yang tampak aneh, semua tampak normal—anak-anak bermain, guru mengawasi, dan beberapa orang tua baru saja meninggalkan halaman sekolah setelah menurunkan anak-anak mereka. Namun, dari balik kaca film mobil yang d