Dia kembali memandangi wajah Vicky yang masih tersenyum, wajah tampan suaminya membuat hatinya luluh, dia seakan pasrah dengan pilihan lokasi Vicky untuk melakukan ritual suami istri pertama mereka. “Mungkin dia ingin malam pertama kita berkesan,” batin Vanya tersenyum dengan jantung berdebar semakin cepat. Vicky membuka pintu menuju teras balkon, dia mengangguk pelan menatap kursi teras panjang yang bisa menampung tubuh mereka berdua. “Astaga... di tempat itu?” batin Vanya yang kembali menggigit bibirnya sambil memandangi wajah Vicky. “Sayang... sepertinya-“ “Iya sayang, aku tidak masalah bahkan jika kamu ingin melakukan itu di... di sini,” sela Vanya memotong ucapan Vicky dengan wajah merah padam menahan malu. “Hah?! Di sini?! Sayang kamu ngomong apa?” Tanya Vicky terkejut. Deg!