Kegundahan Anya rupanya tidak hilang hanya dengan berdoa. Ditambah undangan untuk audisi dengan Metro Symphony semakin membuat pikirannya melayang kemana-mana. Kembali terbaring di ranjangnya, ia mendadak memikirkan tentang masa depannya. Ia berniat menjual toko milik keluarganya. Membangun kembali rumahnya dan meninggalinya sendirian. Sendirian. Pikiran itu membuat matanya memanas. Menghadirkan kembali bayangan Jackson dalam benaknya. Dua bulan berlalu, tapi kehangatan dekapan pria itu masih terasa dengan jelas dalam ingatan Anya. Bagaikan bayang-bayang di dalam air yang tenang. Terlihat dari jauh, tapi tidak pernah bisa di raihnya. Aroma cengkeh dan citrus yang selalu terpancar dari tubuh pria itu, selalu mengikutinya dimanapun ia berada. Menyadarkannya bahwa segala tentang Jackson