Beberapa hari ini suaminya benar benar sibuk di kantor, padahal bisa saja dia focus pada resepsi pernikahan mereka yang tinggal dua minggu lagi. Bila pulang pun, Bima hanya focus di ruang kerjanya dan menatap laptopnya. Tidak jarang Bima juga telponan dengan seseorang yang dikatakannya adalah rekan bisnis barunya. Ratih sih tidak masalah, sebelumnya pun selalu seperti itu. Hanya saja untuk sekarang, lawan bicara Bima di telpon sepertinya seseorang yang cantik dan muda. Mengingat Bima menurunkan nada bicaranya dengan begitu lembut. Ratih menjadi iri, dia selalu menahan tangisannya. Itu sebabnya Ratih memilih untuk menjauh saja, takut kecemburuan itu bersumber karena hormonnya yang tidak stabil. Khawatir rasa curiga berlebih hanya akan membuat keduanya bertengkar hebat. “Mas, makan dulu,