Di dalam sebuah restoran yang disepakati Svarga dengan Gladys untuk bertemu, keduanya duduk saling berhadapan. Sorot mata Svarga tajam mengintimidasi sedangkan Gladys selalu menghindari tatap dengan sahabatnya itu. Lebih tepatnya Gladys gugup sementara Svarga seakan menuntut penjelasan. “Ada apa tiba-tiba kamu menghubungiku?” Gladys membuka pembicaraan. “Kamu pasti tahu kenapa, kamu duluan yang mengadu kepada kedua orang tua kamu.” Svarga membalas dingin. “Aku tidak mengadu, aku hanya mencurahkan isi hatiku kepada mommy dan daddy setelah kamu memutus hubungan persahabatan kita … hampir tiga puluh tahun kita bersahabat, Svarga … bayangkan bagaimana kecewanya aku sewaktu kamu memutuskan persahabatan ini begitu saja hanya karena orang lain.” Gladys menaikkan intonasi suaranya. “Zaviya b