Svarga mengembuskan napas kasar, mengusap wajah lantas menyugar rambut ke belakang. Dia selalu dibuat frustrasi setiap kali menghadapi Zaviya. “Kenapa sih, apa-apa kamu nangis … apa-apa nangis!” Svarga menggeram dengan sorot mata sejuta kesal membuat air mata Zaviya semakin mengalir deras. “Aku … hiks … aku anak bungsu.” Dengan polosnya Zaviya beralasan. Tangisnya terdengar pilu dan dalam memberitahu Svarga kalau sang istri tengah terluka parah padahal dia hanya memintanya duduk di luar area simulasi. Svarga duduk di samping Zaviya, raut wajah garangnya menghadap ke depan. Seorang suami pada umumnya akan memeluk sang istri agar tenang dan berhenti menangis tapi Svarga tidak tahu kalau itu yang harus dilakukannya jadi dia duduk saja di samping Zaviya sampai istrinya itu berhenti menan