Nadia tahu penyakit apa yang saat ini menggerogoti tubuh serta mengancam nyawanya. Dokter memberitahu tiga tahun lalu. Meskipun awalnya begitu berat menerima kenyataan jika dia harus kembali menderita penyakit mematikan, namun perlahan Nadia menerimanya. Tepatnya satu tahun terakhir, Nadia mulai bisa lebih berlapang d**a menerima kondisinya. Dia juga mulai mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang terdekatnya. Dia tidak ingin melupakan mereka sedetikpun. Suaminya, mamanya, kedua mertuanya dan juga satu sosok bernama Asmara Wulandari. Dan entah mengapa akhir-akhir ini Nadia merasa perasaannya tidak tenang. Ada yang mengganjal di dalam d*da, yang dia tidak tahu pasti apa. Yang tebersit dalam otak yang sudah mengalami penurunan fungsi itu adalah nama Mara. Dia merasa sudah