Derryl mendesah sembari menarik kepalanya ke belakang. “Kenapa malah tertawa?” tanya pria itu dengan wajah kesal. “Aku belum mulai kamu sudah tertawa duluan.” Mara yang masih tertawa hingga sepasang matanya berair itu berusaha untuk mengatur napas agar tawanya segera berhenti. “Maaf … maaf, tapi rasanya benar-benar aneh.” Mara menahan d*da Derryl dengan dua tangannya. Derryl berdecak. “Apanya yang aneh?” Lalu sepasang mata pria itu memicing. “Jangan bilang kamu merasa bulu kudukmu merinding. Benar begitu?” Lalu pria itu justru tertawa melihat ekspresi wajah Mara yang sudah membulatkan kedua matanya. “Benar begitu?” Derry tertawa lebih keras. Kepala pria itu menggeleng. Susah payah pria itu menghentikan tawa. Derry mendorong punggung ke depan. “Sepertinya aku akan berhasil lebih dulu.”