Fajar menyelediki wajah Raya yang tak berani menatap wajahnya. Mereka tengah sarapan bersama pagi ini di dalam kamar. Setelah menghabiskan malam yang penuh pahala bagi keduanya, Raya bangun pagi-pagi sekali. Namun ada yang berbeda, pagi ini Raya malah meningkatkan kadar ke-ketusannya pada Fajar. Dia bersandiwara seolah-olah semua kehangatan semalam tak berpengaruh sama sekali baginya. Fajar tersenyum geli melihat istrinya itu, Raya yang sekarang dengan Raya yang semalam sangat bertolak belakang. Dia lebih menyukai Raya yang semalam, yang lebih terus terang terhadap apa pun yang diinginkannya, dia begitu tak terduga dengan semua pelayanan yang dilakukannya. "Memandangku takkan membuatmu kenyang." Raya mulai merasa terganggu walaupun dia sudah pura -pura tak melihat. "Kau benar, aku sema