Mereka sampai di Jakarta pukul tujuh malam. Sang ayah langsung memeluk anaknya yang beberapa Minggu ini membuatnya khawatir. Raya bisa bernafas lega, sang ayah didapati dalam keadaan baik-baik saja. Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang tamu sambil bercakap-cakap kecil. "Pasti Raya sangat merepotkanmu, aku tau betul betapa manjanya anakku ini." Ayah Raya mengusap rambut panjang Raya. Raya masih menempel pada sang ayah seperti anak TK yang tak berjumpa dengan ayahnya. "Dia sudah banyak kemajuan, Ayah. Bahkan dia sudah pintar memasak." Ucapan pintar memasak itu terdengar seperti ejekan bagi Raya. Dia ingat, nasi goreng ke asinan, telor ceplok gosong dan makanan yang kacau yang pernah di buatnya. Seharusnya jawabannya bukan pintar memasak, tapi sudah mulai bisa memasak. Jika Fajar meng

