Zea menerawang, dia sedang duduk di balkon kamarnya. Terngiang ucapan ucapan bu Ami dan kakek Andhito, ucapan mereka berputar putar di kepalanya terus menerus hingga kepalanya pusing, ia ingin berbagi dengan Reiki tapi ia tak bisa karena Reiki masih dalam misi penting dan tidak bisa dihubungi. Ponselnya terus berdering, panggilan dari bu Ami tapi tak ia hiraukan. Semakin ia memikirkannya hatinya semakin sakit, sulit ia memaafkan ibu dan kakeknya itu. Air matanya menggenang, begitu pedihnya perasaan Zea hingga ia menangis sedih, ia menangis tersedu sedu hingga membuat bahunya bergerak karena menahan tangisnya. Walau kejadian itu sudah hampir sebulan yang lalu tapi setiap ia sedang sendiri ia selalu mengingat setiap detail ucapan mereka, setiap hari ibu Ami mencoba menemuinya j

