Bab 1

864 Kata
"Bagaimana pun caranya aku harus mendapatkan uang itu," gumam seorang wanita yang hampir 20 menitan berdiri disebuah ruangan. Dalam suasana yang tegang, ia menunggu sosok pria yang sangat ia harapkan. Tubuhnya gemetar dan keringat dingin mengalir di sekujur tubuh. Pikirannya saat ini hanya terfokus pada satu hal, yaitu mendapatkan uang dengan cepat untuk operasi ibunya. Tiba-tiba, seorang pria muncul dari arah tangga. Ia mengenakan rompi tuxedo abu-abu yang dilapisi dengan jas hitam yang mengkilap. Matanya yang tajam seperti burung elang langsung tertuju pada wanita muda yang berdiri tegang di ruang tamu. Netra coklatnya yang berair bertatap dengan iris hitam yang memancarkan kekuatan dan ketegasan. Argio mendudukkan dirinya di single sofa dan menaikkan kedua kalinya di atas meja kaca bening di ruangan itu dengan posisi menyilang. Aroma maskulin langsung menyeruak merasuk ke indra penciuman wanita muda yang sudah berkeringat dingin. Kedua tangannya yang saling bertautan sudah basah oleh keringat. "Jadi, ada urusan apa ingin menemuiku?" Suara bariton nan basah itu terdengar jelas di kedua telinga wanita muda yang menundukkan kepalanya. Dengan suara yang bergetar, wanita itu berucap, "Saya ingin menawarkan diriku padamu, Tuan. Aku butuh uang." Rasa takut yang tiba-tiba merambat dalam dada Naya dan berusaha meredamnya saat berhadapan dengan Argio. Jika bukan karena keadaan yang terdesak, Naya tidak akan pernah mempertimbangkan keputusan untuk menjual tubuh dan keperawanannya kepada pria seperti Argio. Argio terkenal di kota ini, bukan hanya karena kekayaannya yang melimpah, tetapi juga karena berita-berita skandal tentang pria itu sebagai seorang casanova. Argio menatap wanita muda itu dari atas sampai bawah seperti sedang menilai. Ia menggerakkan jarinya mengikuti lekuk tubuh wanita muda itu. Dada rata, badan kurus, dan kantung mata yang menghitam, wajah yang tak terawat, membuatnya tak berminat. Apalagi tampilan wanita itu sangat tidak menarik. Ia memang pria yang suka mencari kehangatan di atas ranjang dengan wanita berbeda-beda tapi wanita di hadapannya sekarang membuat ia bergidik. "Apa kamu sedang bercanda, hmm? Apa yang bisa dinikmati dari tubuh kurus dan jelek sepertimu?" Ucapan pedas Argio yang tersirat hinaan, membuat hati Naya terasa ngilu dan pedih. Meskipun begitu, ia tidak peduli. Saat ini ia sangat membutuhkan uang. "Saya mohon Tuan. Saya butuh uang sekarang, terserah saya mau Tuan apa'kan yang terpenting berikan saya uang!" Tiba-tiba Naya bersimpuh sambil memegang kedua kaki Argio dengan kepala tertunduk. Air mata tak sanggup wanita itu bendung, ia benar-benar membutuhkan uang dan hanya ini harapan satu-satunya. "Saya tidak bisa!" sentak Argio menendang Naya yang langsung terjungkal kebelakang. Meskipun mendapatkan perlakuan seperti itu, Naya tak pantang menyerah. Ia kembali menghalangi jalan Argio yang hendak melangkahkan kakinya ke tangga. "Saya mohon, Tuan. Tolong saya, ini demi ibu saya." Satu alis Argio langsung tertarik mendengar ucapan terakhir wanita berusia 22 tahunan itu. "Memangnya ibumu kenapa?" tanya Argio tersirat empati. Dengan sesegukan dan menahan sesak di dada, Naya menjawab,"Ibu saya harus segera di operasi." Tangisan Naya semakin kencang setelah mengatakan itu seolah menambah rasa kasihan pria itu padanya. Argio terdiam sejenak dan sorot matanya memandangi sekali lagi wanita itu dari atas sampai bawah seperti mencari sesuatu yang menarik dari tubuh wanita itu. "Baiklah, berapa uang yang kamu butuhkan?" Tangisan Naya langsung terhenti dan langsung tergantikan oleh wajah yang berbinar cerah. "50 juta," jawab Naya sesegukan. "Aldo, berikan uang yang diminta wanita ini!" perintah Argio pada bawahannya tersebut. "Baik Tuan Argio." "Ikuti Aldo, dia akan memberikan uang yang kamu minta tadi. Dan kamu harus kembali lagi ke sini. Jangan berpikir untuk kabur setelah mendapatkan uang yang saya berikan!" ucap Argio yang diangguki Naya dengan cepat. Wanita muda itu segera mengikuti Aldo. "Ingin kamu apakan wanita itu?" tanya Hendrik setelah menyimak apa yang ia lihat. Ia merasa kasihan jika Argio berbuat macam-macam pada wanita yang terlihat lugu dan polos itu. "Paman, tidak perlu tahu apa yang ingin aku lakukan padanya," balas Argio dengan wajah seringainya. "Berhentilah melakukan kebiasaan burukmu itu. Jangan sampai ayahmu yang turun tangan." Argio menatap Hendrik dengan senyuman kecilnya."Selama Paman bisa menjaga rahasia ini, ayahku tidak akan tahu. Menurutku hal yang wajar aku butuh kepuasan di ranjang. Apa Paman lupa, umurku sudah 27 tahunan. Dan lagipula aku membayar wanita-wanita itu." "Dasar bocah!" umpat pria berusia 50 tahunan itu. • • Senyuman kebahagiaan mengembang di wajah Naya, kesedihan yang sebelumnya terbingkai di wajahnya langsung sirna seketika. Ia begitu erat memeluk tas hitam yang berisi begitu banyak uang. Dan ia berharap ibunya akan sembuh setelah menjalani operasi. "Suster! Suster!" Naya berteriak kala melihat salah satu suster keluar dari ruang rawat ibunya. Ia menghampiri suster tersebut yang menghentikan langkahnya. "Suster, di mana dokter Renal. Aku sudah mempunyai uang untuk operasi ibuku," ucap Naya seraya memperlihatkan uang di tas ransel hitam miliknya. Suster itu tersenyum."Dokter Renal belum datang. Tapi saya akan menyampaikan tentang hal ini." "Baiklah." "Kalau begitu saya permisi." Suster itu berlalu pergi dari hadapan Naya. Kini, Naya melangkah masuk ke dalam ruang rawat sang ibu. Wajah Naya langsung mendung menatap wanita paruh baya yang kini tengah terbaring lemah di atas brankar dan belum sadarkan diri. "Ibu, sekarang aku sudah punya uang untuk operasi ibu. Semoga ibu tidak sakit lagi ya setelah operasi." Ucapan Naya tersirat harapan yang besar. Naya tak peduli, harus menjual sesuatu dari dirinya yang sangat berharga. Bahkan dihinakan sekalipun atas pilihannya yang menjual keperawanannya pada Argio. Yang terpenting ia mendapatkan uang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN