39. Siapa Lagi?

1352 Kata

Mataku membola. “Apa? Bukannya Mas Aqsal habis kecelakaan? Kenapa bisa datang?” “Aku nggak tahu, Mbak. Udah, jangan banyak tanya. Ayo bawa yang penting saja.” Apa, sih, maunya mereka? Kuikuti instruksi Nizam. Dompet dan beberapa baju kumasukkan ke dalam tas, lalu kami keluar melalui pintu belakang. Kos-kosan ini bentuknya memanjang. Kamar mandi terletak di dalam. Belakang kos-kosan masih ada sedikit lahan kecil yang biasanya digunakan untuk menjemur baju. Di sampingnya sebelum tembok tinggi, ada jalan kecil. Kami berjalan melewati jalan tersebut. Tiba di kos-kosan paling ujung, belakang rumahnya ditutup asbes. Kami kebingungan bagaimana cara agar sampai di jalan depan. “Gimana ini, Zam?” Aku mulai diserang kebingungan. “Kita ketuk pemilik kos-kosan aja kali, ya. Kita izin buat lewat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN