42. Menguliti Diri Sendiri

1417 Kata

Orang itu makin mendekat. Aku takut jika diusir dari sini malam-malam begini. “Assalamualaikum. Neng Niha apa kabar?” Umi mendekat. Aku buru-buru menyambut dan menyalaminya dengan kedua tangan secara takzim. Aku terpejam kala mencium tangan lembut ini. Rindu kepada almarhumah ibu tiba-tiba menyergap. “Mi, maaf. Saya merepotkan dengan tinggal di sini,” ujarku setelah melepaskan tangan. Kupersilakan Umi duduk ala kadarnya, di dalam. “Nggak apa-apa, nggak merepotkan. Nizam sudah bicara, izin sama abah, lalu sama abah ditembuskan ke saya.” “Saya janji tidak akan lama, Mi. Setelah sakit saya membaik, saya akan pergi.” Umi mengangguk sambil tersenyum. Wanita yang masih ayu di usianya yang sudah tidak lagi muda ini menatapku dalam. "Bagaimana kalau diantar pulang pakai mobil ndalem saja? Ma

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN