Tidak. Aku tidak boleh melunak. Mungkin itu hanya akting Mas Aqsal saja pura-pura tertabrak lalu jatuh. Lagian, di sana ada Asti yang akan membantunya. Mungkin, terkesan aku ini jahat. Namun, aku juga lelah dijahati terus-terusan. Mas Aqsal pernah mengabaikanku, sekarang aku akan melakukan hal yang sama. Balas dendam? Mungkin. Sebab hatiku sudah kebas dengan perilakunya. “Sudah, Bu. Berhenti di sini saja,” ujarku setelah sampai di jalan raya. Aku turun, lalu membuka tas dan menyerahkan uang dua puluh ribu kepada ibu itu. Aku rasa ini sudah cukup karena jaraknya tidak jauh. “Terima kasih banyak karena sudah memberikan tumpangan ke saya, Bu.” “Nggak usah, Mbak. Kebetulan saya juga arah ke sini.” Ibu itu menolaknya. Aku paksa, akhirnya beliau menerima. “Sekali lagi terima kasih. Bantu

