50.Tuduhan

1287 Kata

“Pesantren ini telah mengajarkan ajaran radikal! Salah satu santrinya memukul kepala saya dengan gelas!” Mas Aqsal berbicara dengan menggebu-gebu saat aku masuk. Aku masih memperhatikan, belum mengucap salam. Kugenggam erat tangan Nizam. Aku yakin pasti dia ketakutan. Di ruang tamu ndalem, ada Abah dan Umi, dua orang berjaket hitam, dan beberapa orang lagi mungkin warga sini. Lalu ... ada Mas Aqsal yang di sampingnya dua orang berkemeja resmi. Pria ini datang pasti akan membuat huru-hara. “Assalamualaikum.” Akhirnya aku menguatkan diri mengucap salam. “Waalaikumussalam. Niha, kemari, Neng.” Umi memanggil. Matanya berkaca-kaca. Entah apa yang sedang dipikirkan wanita bersahaja itu, tetapi aku tahu beliau pasti kecewa denganku. Kakiku sendiri entah mengapa sangat sulit digerakkan mend

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN