Tibra mengantar Hanum kembali ke apartemennya. Ia hanya ingin suasana hati wanita itu tetap tenang. Karena sepanjang perjalanan tadi Hanum hanya diam, menatap ke arah jendela. Ia juga tidak berbicara banyak kepada wanita itu, ia membiarkan wanita itu dengan pikirannya. Ia juga sudah cukup letih dan perlu istirahat. Besok ia akan membutuhkan, banyak tenaga untuk mencari saudara wanita ini yang hilang. "Istirahatlah" "Saya akan menghubungi kamu, jika adik kamu sudah ketemu," "Terima kasih," Hanum lalu membuka sabuk pengamannya. "Bersabarlah," Tibra mendekatkan tubuhnya ke arah Hanum, dan ia kecup puncak kepala itu. Sedetik kemudia, ia lepas kecupan itu. Ia memandang iris mata Hanum. "Jangan menangis lagi,". "Iya," ucap Hanum. Ia tidak menolak prilaku Tibra kepadanya. Ia merasa tena