Aku bersikap seolah tak terjadi apa-apa saat Kak Dewa berdeham dari tangga paling atas. Rambut sebahunya terurai berantakan, hanya mengenakan kaus dalam lusuh dan celana pendek. Ia kembali berdeham tapi tak kuhiraukan. Alih-alih meladeninya, aku memilih mengambil ayam lalu meletakkannya ke piring Wulan. Kak Dewa kembali berdeham, ia menggeser kursi dan duduk di seberangku dengan wajah cemberut. Aku tersentak saat kakinya menyepak kakiku. Saat aku menatapnya, tangannya langsung menunjuk ke arah pahanya. "Masih sakit, Baby," katanya dengan gerak mulut tanpa suara. Suamiku itu langsung nyengir dan menggaruk rambut saat bersitatap dengan Ayah. "Kata mamamu kamu mau kembali ke rumahmu. Apa benar itu?" tanya Ayah sambil mengusap mulut dengan tisu. Kami baru saja selesai makan. Hanya Wulan yang