26

1156 Kata

Aku terbangun saat mendengar bunyi ketukan. Suara Kak Dewa yang menyuruh bangun terdengar jelas. Aku sedikit membeliak saat tatapan tertuju pada jam dinding. Sudah pukul lima. Aku lekas salat, kemudian mengguyur tubuh di bawah shower yang memercikkan air hangat, membuatku sedikit rileks. "Bangun, Sayang." Kucium Wulan tapi ia malah meraih bantal. Walau bukan anak kandung, tapi aku sudah menyayanginya seperti anak sendiri. "Baby, apa kamu belum bangun, Sayang?" Tok tok tok "Sudah." Aku menyahut datar. "Buka dong, Sayang. Aku ingin bertemu istriku tercantik." Istri. Istri apanya. Memperlakukan istrinya dengan kejam bahkan menampar berkali-kali tanpa meminta maaf, kini seolah tak terjadi apa-apa ia tiba-tiba bersikap lembut. Keputusanku untuk lepas darinya sudah bulat. Sepertinya, memang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN