Ketegangan pagi itu di ruang makan, nampak terasa. Meski Reynaldi menunjukkan kemesraannya di hadapan keluarganya. Tuan Reymon, yang sejak tadi memperhatikan adegan di meja makan, tiba-tiba tertawa lepas. Suaranya yang berat menggema di ruang makan megah itu. “Hahaha! Nah, lihat ini, pengantin baru sudah mulai menunjukkan chemistry-nya! Reinaldi, Faiza, jangan malu-malu! Ayah suka melihat ini,” katanya sambil menepuk-nepuk meja dengan riang. Reinaldi menegakkan punggungnya, wajahnya memerah, tatapannya menajam tapi tak bisa menahan senyum samar. Ia menarik napas dalam, lalu mencubit lengan Faiza perlahan sebagai tanda diam dan peringatan agar tetap tenang. Faiza menunduk, wajahnya semakin memerah, tapi hatinya terasa hangat. Ia tak pernah membayangkan mendapat perhatian seperti ini da