Adit kembali merebahkan tubuhnya di kasur selepas solat subuh. Ini adalah hari kelima mereka mengisolasi diri di lantai atas. Dia memiringkan tubuh menatap wajah mungil yang masih terlelap yang juga sedang dalam posisi miring menghadap Adit. “Jangan ditungguin gitu, Mas, dia gak bangun-bangun kalau tidurnya ditungguin ayahnya gitu,” protes Nayla sambil membereskan alat solat mereka. Memang romantis melihat tingkah ayah anak itu yang saling berhadapan saat tertidur, tapi Nayla jengah sendiri jika matahari sudah makin tinggi dan mereka tak juga berniat untuk bangun. Adit hanya menggeliat sambil mengikuti gerakan Nayla dengan matanya yang mulai membuka korden kamar membiarkan cahaya pagi masuk. “Olahraga sana, Mas, biar kuberesin kasurnya. “Olahraga di sini aja, yuk,” Adit menepuk kasur di