Fucker - 01

1064 Kata
Di libur musim panas pertamanya, Keygo bersama kedua orangtuanya berencana pergi ke Hawaii untuk menikmati liburan, berangkat dari bandara Tokyo yang jadwalnya super padat, mereka telah berhasil mengambil tiket pemberangkatan di pagi hari, sehingga sampainya di Hawaii mungkin sekitar keesokan harinya di pagi hari juga. Keygo, anak lelaki berambut perak yang sangat tertarik jalan-jalan mengelilingi dunia, tampak senang dan berbahagia ketika dirinya duduk di dekat jendela pesawat, senyumannya merekah melihat dirinya sedang berada di atas awan bersama para penumpang di pesawat ini. Orang tuanya berkali-kali mengingatkan Keygo, si anak yang masih berusia 7 tahun itu untuk tetap tenang, tetapi anak itu terus kelihatan bersemangat. “Mama! Papa! Kapan pesawat ini sampai di Hawaii!?” tanya Keygo pada kedua orangtuanya yang duduk di sebelahnya, wajah anak itu benar-benar menggemaskan ketika sedang bersemangat, pipinya mengembung dan sorot matanya bersinar-sinar, membuat ibu dan ayahnya yang duduk di sampingnya tersenyum melihat wajah putranya yang begitu lucu. “Besok kita sampai di Hawaii, sayang,” jawab ibunya yang memiliki rambut perak ikal sebahu, senyuman wanita itu berhasil membuat Keygo bergembira senang. “Sekarang, kamu lebih baik makan dulu sesuatu, agar nanti kamu tidak sakit saat sampai di sana, Keygo.” Ibunya tampak mengkhawatirkan Keygo yang masih belum makan apa-apa semenjak duduk di bangku pesawat, ia pun segera menawarkan beberapa makanan lezat yang tersedia di pesawat, dan anak itu akhirnya patuh dan menyantap makanan yang diberi oleh  ibunya. Sementara sang ayah, yang memiliki  rambut cokelat dan kumis tebal, hanya tersenyum dan mengelus-elus rambut perak Keygo, ia senang karena perjalanan ini dapat membuat anak semata wayangnya bahagia, sebab beberapa hari sebelumnya, ia dan sang istri sempat bertengkar hebat di rumah, dan itu membuat Keygo bersedih di dalam kamarnya. Keygo bahkan menolak saat diajak makan malam bersama di rumah, untungnya ia mendapat tawaran dari kantor untuk pergi berlibur ke Hawaii. Mengambil kesempatan itu, sekalian untuk memperbaiki hubungannya dengan keluarga kecilnya, ia senang karena rencananya berhasil, Keygo tampak begitu gembira pergi berlibur bersamanya. Setelah menghabiskan makanan yang diberikan oleh Sang Ibu, Keygo mengantuk dan tertidur di kursinya yang telah dibaringkan menjadi seperti sebuah kasur. Jam menunjukkan masih pukul 12 siang, sepertinya ini sudah masuk ke waktu tidur siangnya Keygo. Saat Keygo terlelap, ayah dan ibunya mengobrol ria di sampingnya, sementara itu, tiba-tiba saja pesawat yang mereka tumpangi terguncang, seperti telah tertabrak sesuatu yang keras. Otomatis semua penumpang di pesawat itu terkejut dan saling menyaut, menimbulkan keributan yang cukup berisik, ayah dn ibu Keygo juga tampak begitu khawatir dengan keadaan ini, sementara Keygo masih tertidur lelap di bangkunya, sama sekali tidak mengetahui kecemasan yang tengah terjadi di dalam pesawat. Kabin pesawat kembali berguncang, berkali-kali, bahkan kali ini sampai sebagian lampu di dalam ruangan jadi mati, mengakibatkan para penumpang panik dan menjerit-jerit takut, wajah semua orang jadi pucat pasi, seakan-akan mereka masih belum ingin menghadapi kematian, tetapi mau bagaimana pun, pesawat yang mereka tumpangi tengah mengalami masalah yang cukup parah dan mengkhawatirkan, sehingga tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu ajal menjemput. Disitu kedua orangtua Keygo saling menatap dengan panik dan muka yang sangat resah, mereka bingung harus bagaimana, mereka juga tidak ingin membangunkan Keygo di tengah situasi yang seperti ini. Keygo bisa ketakutan dan menangis jika mengetahui hal ini, akhirnya mereka sepakat untuk tidak membangunkan anaknya yang sedang tertidur nyenyak. Beberapa jam kemudian, Keygo membuka kelopak matanya secara perlahan, dan dia sangat terkejut saat menyadari kalau dirinya tidak lagi berada di kabin pesawat, melainkan sedang berbaring di kasur di ruangan yang dipenuhi para suster dan dokter yang kelihatan sibuk. Selain itu, ruangan ini juga berbau obat, sangat bau obat. Keygo tidak menyukai hal itu, sehingga saat dia mengerang, semua perawat dan dokter yang ada di ruangan kaget melihat Keygo yang akhirnya sadar dari pingsannya. Merasa asing dengan keadaan iini, Keygo terlihat gelisah dan akhirnya dia menangis, dia mencari sosok ayah dan ibunya, tetapi tidak ada. Apakah mereka sedang dirawat di ruangan yang berbeda darinya? Tetapi mengapa bisa dirawat seperti ini? Seharusnya Keygo dan orangtuanya sedang berada di pesawat, duduk manis menunggu pesawatnya sampai di Hawaii, tapi mengapa jadi seperti ini? Keygo yang masih belum paham pada apa yang sedang terjadi hanya bisa menangis, dia ingin melihat orangtuanya, dia merindukan ayah dan ibunya, tetapi sayangnya dia tidak bisa berbicara, karena mulutnya sedang ditutupi oleh alat rumah sakit yang bahkan ia tidak tahu kegunaannya untuk apa. Keygo bingung dengan keadaan ini, dia benar-benar sedih. Dia ingin keluar dari tempat itu dan pergi mencari keberadaan ayah dan ibunya, dia tidak bisa terus-terusan berada di sini. Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa bisa jadi seperti ini? Seharusnya liburannya berakhir menyenangkan? Mengapa bisa seperti ini? Keygo terus bertanya-tanya di dalam pikirannya, dia bingung. Dia takut. Dia resah. “Sepertinya anak ini telah mengalami trauma yang cukup parah,” ucap salah satu perawat yang ada di dekat Keygo, memperhatikan wajah anak itu dengan teliti dan langsung menyimpulkan apa yang dipikirkannya secara sembarangan. “Apa yang harus kita lakukan, Dokter?” “Biarkan saja untuk sementara, aku akan kembali.” Kata seorang dokter laki-laki yang lekas pergi setelah mengatakan itu, keluar dari ruangan dengan rusuh, seakan-akan sesuatu yang mendesak sedang menunggunya di suatu tempat. Keygo masih tidak mengerti, andai dia bisa diperbolehkan untuk berbicara, mungkin dia akan bertanya banyak hal pada semua orang yang ada di ruangan ini, mengenai kondisi kedua orangtuanya, juga soal liburannya yang tertunda, tapi sayang, semua itu tidak bisa dilakukan, karena mereka yang ada di ruangan ini sama sekali tidak membiarkan Keygo untuk berbicara bebas, sebab alat yang menutupi mulutnya ini telah menghalanginya untuk berbicara. Dalam seketika, rasa kantuk yang Keygo rasakan, menguat setelah salah satu perawat wanita menancapkan jarum suntik ke bahu anak itu. Rasa kantuknya benar-benar kuat bahkan membuat Keygo merasa seperti sedang berada di tengah malam yang hening. Ah, Keygo sangat merindukan mama dan papa, ia ingin sekali bertemu dan memeluk mereka. Keygo ingin memberitahu orangtuanya bahwa dia baik-baik saja di sini, ia yakin mereka sedang mengkhawatirkan anaknya, atau mungkin sedang menangis di suatu tempat karena kehilangan anaknya. Keygo baik-baik saja di sini, Ma, Pa, itulah yang ingin ia beritahu pada orangtuanya. Sebelum dirinya benar-benar terlelap panjang, dia bisa mendengar suara dokter yang cukup nyaring, sepertinya orang itu telah kembali ke ruangan ini. “Seorang pria yang berasal dari Amerika Serikat ingin anak ini dikirim dan dirawat di sana, katanya dia tertarik untuk mengadopsi anak ini dan membesarkannya. Dia juga siap mengurusi berbagai surat perizinan dan hal-hal lainnya demi anak ini menjadi miliknya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN